Wednesday, December 10, 2008

Ladang Bunga Matahari-Saraburi

Numpang majang foto lagi (pesanan Lakcie-edit:bukan pesanan Lakcie dink)

Ini Gajah. Bukan, bukan yang pake baju ma tudung! Gajahnya entu nyang gede


Klo ini foto menara pemancar tilpun nun di kejaohan sono (Maap, ga jelas fotonya. Abis jaoh seh menaranya en kamera gw zoom nya ga bisa banyakan)


Nah ini neh Photo bunga mataharinya. Ga tanggung2, close up!!


Lagi.....


Lagi....
Nah lho, bunganya tertunduk malu di photo terus-terusan.....


Kuda....
Suwer dah ini kuda.....


Ini bunga matahari kontet bwat supenir


Ini andong....., eh pedati ding, eh delman ding, eh apa dokar yah??????
Ngawur!! Jelas2 itu angkot kuning yg lagi parkir koq


Klo ini? Hi..hi..hi.. ga kasi tau ah, malooo >_<

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Iya deh, iya................................gw ngaku
Itu photo gw pake wig

-Nyaa-

Thursday, December 4, 2008

Horeluya


Judul: Horeluya
Pengarang: Arswendo Atmowiloto
Tebal Buku: 240 hal
Penerbit: GPU

Cerita tentang keluarga biasa yg terdiri dari ayah (Kokro), ibu (Eca), anak perempuan satu2nya (Lilin), paklik (Naya), Buklik (Ade).
Keluarga biasa ini menjadi tidak biasa setelah Lilin (biasa dipanggil Lin) divonis penyakit kelainan darah plus mendapat bonus Kokro diberhentikan dari perusahaannya karena efisiensi. Di awal cerita mengalir maju mundur, waktu skrg bergantian dg flashback. Cerita dibangun dengan bagus, penggunaan kata-kata yg hebat berhasil menggambarkan suasana bingung, kacau & rasa takut kehilangan Lin dari seluruh anggota keluarga lainnya. Bagaimana keluarga menyikapi permintaan2 aneh Lin (misalnya Lin ingin merayakan Natal di rumahnya dg salju spt di cerita2) dg panik karena beranggapan permintaan itu bisa jadi akan menjadi permintaan terakhir Lin. Buku ini juga banyak diselipi dialog keagamaan (dalam hal ini dari sudut pandang Katolik) yg menggugah pertanyaan kepada diri kita sendiri. Sayangnya cerita yg dibangun dengan demikian bagus diakhiri dg (terlalu) ringan [imho]. Semua problem dapat diselesaikan dg baik tanpa adanya kejutan. Tapi secara keseluruhan novel ini sangat layak dibaca.

Dexter


Judul: Dexter
Pengarang: Jeff Lindsay
Jumlah Hal: 374 Hal
Penerbit: Dastan

Novel yg bercerita ttg seorang Analis Cipratan Darah di Kepolisian Miami. Cara penceritaan mengambil sudut pandang orang pertama, dalam hal ini seolah yg bercerita adalah si tokoh utama, Dexter.

Berawal dari masa lalu kelam, yg tidak pernah dideskripsikan dg jelas, Dexter tumbuh menjadi seorang berkepribadian ganda, dimana alter ego-nya sering disebut dg Dark Passenger. Di satu sisi ia adalah seorang pria yg menarik, sopan dan biasa2 saja tapi di bila bertemu dg pembunuh2 keji dia berubah menjadi predator bagi para pembunuh tersebut. Tumbuh dewasa dalam asuhan keluarga polisi berperan besar membentuk aturan2 main dalam perburuan terhadap mangsanya.

Kali ini Dexter berhadapan dg kasus pembunuhan yg mirip sekali dg modus operandinya sendiri. Bersih, rapi dan -menurut Dexter sendiri- artistik. Bekerja sama dengan sudara angkatnya, Deborah, yg juga seorang detektif di kepolisian Metro Miami, Dexter harus berperang melawan ketertarikannya terhadap sang pembunuh yg dianggap melanggar aturan mainnya untuk mencegah jatuhnya korban2 baru.

Alur cerita mangalir dg baik, penuh dg lelucon2 cerdas dan akhir yg bagus dilihat dari kadar kejutan. Hanya sayang gaya bahasa yg digunakan sering terlalu berputar-putar & kurang lugas sehingga kadang mengganggu keasyikan membaca, namun secara keseluruhan Dexter adalah buku yg pantas dikoleksi.


Saturday, November 29, 2008

Semarang

Semarang lagi.........
kali ini jalan2 ke kota Semarang lagi, selain mencicipi beberapa macam makanan, juga sempat mengunjungi Gereja Blenduk, Tay Kak Sie, Sam Po Kong, Vihara Buddhagaya.

Untuk makanan, pagi-pagi tanggal 27 Oktober mencicipi soto bokoran di jalan Plampitan, porsi satu mangkuk kecil nasi yang langsung disiram kuah soto ayam, rasanya enak juga, terasa irisan bawang plus ditambah dengan perasan air jeruk nipis. Sebagai peneman soto juga ada perkedel kentang rasanya agak manis tapi enak, juga pindang telur yang juga diberi sedikit kuah soto.

Makan siangnya Swikee Pak Satyo wah ini asli rasanya tidak maknyuss... mendekati enak pun tidak, kodok-nya kurang fresh, kuah swikee-nya kurang menggigit, malah enakan swike di Jakarta..
karena makan siang kurang sedap, akhirnya cari cemilan tambahan, Lumpia gang Lombok.
Ukuran lumpia lumayan besar harga Rp. 9.000,- kalo orang yang tidak suka rebung bakalan gak bisa makan, soalnya bau rebungnya sangat terasa. Untuk cocolannya, rasa bawang putih sangat menggigit....

Udara panas di Semarang membuat badan sedikit meleleh, untuk mendinginkan tentunya enak makan es krim, Linds menjadi tempat nongkrong sambil ngobrol-ngobrol..

Hari pertama di Semarang tidak sempat mengunjungi tempat wisata.

Keesokan harinya, pagi diawali dengan jalan-jalan ke Gereja Blenduk. Di papan daftar nama pendeta yang melayani di gereja ini tampak gereja mulai beroperasi dari tahun 1753.
Orgel besar menggantung di dinding, sayang katanya sudah tidak bisa dipergunakan lagi, sementara kalau mau memperbaiki harus mengundang ahli orgel khusus.

Gereja Blenduk berdiri tahun 1700an

Podium di dalam Gereja

Orgel besar nempel di dinding, sayang sudah rusak...

Kubah gereja tampak dari dalam, kalau dilukis mungkin bisa mirip dengan St. Peter Basilica^^

Handle Pintu, masih asli dari zaman dulu

Klenteng Tay Kak Sie menjadi tujuan berikutnya. Klenteng tertua di kota Semarang ini cukup besar, dan memiliki banyak patung dewa. Lokasi klenteng ini ada di Jalan Lombok, daerah Pecinan, kota lama Semarang. Tampak juga di depan klenteng masih ada Perahu besar bekas peringatan perayaan Cheng Ho masih tetap berdiri, walaupun katanya akan segera dibongkar.








Puas keliling di Tay kak Sie, perjalanan dilanjutkan ke Sam Po Kong.
Kompleks Sam Po Kong ini baru direnovasi, selain menjadi lebih megah juga lebih luas.
Di bagian belakang pelataran sembahyang yang paling besar tampak ukiran cerita tentang perjalanan Cheng Ho keliling dunia, termasuk ke Afrika.
Guanya sendiri agak gelap, dan dilarang mengambil foto di dalam Gua.
Sementara di paling ujung, ada Jangkar dari kapal Cheng Ho waktu kelompoknya tiba di pulau jawa.






Ukiran cerita perjalanan Cheng Ho, di bawah gambar ada keterangan perjalanannya.



mulut Gua.....

Jangkar dari kapal Cheng Ho

pohon rantai, mirip rantai kapal ya^^

Selesai berkeliling dan foto-foto sudah saatnya makan siang.
Kali ini makan di Restoran Santai Ria, menu makanan Ikan Kerapu Tim, Cumi goreng Telur Asin, dan Baby Kaylan tumis polos.
Dari ketiga macam masakan itu, cuma Cumi Goreng Telur Asin yang rasanya kurang enak, bentuk cumi gorengnya pun tidak menggugah selera.

Hari ketiga di Semarang tanggal 29 Oktober 2008, pagi-pagi menuju ke Watugong untuk melihat Vihara Buddhagaya. Di Kompleks Vihara ini ada sebuah pagoda. Saat menginjakan kaki pertama kali dan melihat pagoda rasanya bukan berada di Indonesia.
Selain Pagoda juga ada Patung Buddha Tidur. Sempat terlihat ada papan yang tertulis akan dibangun Patung Buddha dari perunggu setinggi 35 meter, sayang tidak ditulis kapan pembangunan tersebut akan selesai.



Patung Buddha di dalam Pagoda

Patung di dinding depan Pagoda, tiap sisi ada satu macam patung

patung Buddha Tidur

Setelah kembali ke kota Semarang, wisata berikutnya mengunjungi Vihara Mahavira di Taman Marina. Vihara ini dihiasi banyak patung Buddha di halamannya, sementara di bagian dalam terdapat patung Avalokitesvara (Kwan Im) dengan berbagai wajah dan posisi.




Menu makan siang kali ini Pindang Daging, rasanya agak mirip rawon. Dilanjutkan dengan cemilan Serabi Notosuman, nah ini rasanya enak banget, ada rasa coklat atau yang biasa (santan). Kalau menurut lidahku sih rasanya enak yang biasa, bagian tengahnya yang putih terasa langsung lumer di lidah, rasa santannya pun pas, gurih, asin dan manis, kombinasi yang enak sekali.

Selesai sudah jalan-jalan 3 hari di Semarang.

Tuesday, October 28, 2008

Pendekar Riang

Baru kelar baca pendekar riang nih...bikin reviewnya ahhh...

Pendekar Riang adalah cerita silat yang merupakan bacaan ringan yang bisa membuat kita terhibur dengan kelakuan para tokohnya. Pendekar riang menceritakan persahabatan 4 orang yang pada awal mulanya tidak saling kenal kemudian tinggal serumah dan menjadi sahabat. Kehidupan mereka terlalu biasa bahkan mereka tidak perduli bagaimana hari esok yang akan dijalani. Cara bercerita yang alur ceritanya teratur dan enak untuk diikuti, kadangkala membuat kita bisa tertawa-tawa atau tersenyum-senyum. Kwik Tay Lok yang selalu tidak berpikir panjang dan hoki, Ong Tiong yang selalu jeli dalam melihat segala permasalahan, Yan Jit yang selalu dapat meredam emosi Kwik Tay Lok dan Lim Tay Peng yang penuh misteri. Pace ceritanya juga tidak terlalu bertele-tele dan juga tidak terlalu cepat. Masalah yang datang silih berganti tidak saling bertumpuk dan mendapatkan penyelesaian yang baik. Karakter tokohnya juga cukup konsisten dan developmentnya cukup baik.

Warning: Hati-hati kalo membaca cersil yang satu ini, sebaiknya hindari tempat umum karena akan dipandang aneh oleh orang-orang. Membaca sambil senyum-senyum atau tertawa-tawa sendirian berbahaya. Sebaiknya baca di tempat tertutup yang aman...

Semaranggg...oh...Semarang...

Hari Kedua di Semarang…

Jam 06.00 pagi satu handphone berbunyi tanda sms masuk kemudian disusul dengan bunyi sms dari hp-hp yang lain di kamar 135. Ternyata semua menerima sms panggilan bangun dari 2. Akhirnya semua penghuni kamar 135 bangun dan bergantian mandi.

Sebelum jam 07.00 semuanya sudah rapi dan ternyata Gihu sudah datang dan mengetuk pintu. Semua penghuni kamar 135 dan Gihu akhirnya berkumpul di kantin sedangkan penghuni kamar 212 belum kelihatan batang hidungnya. Kami semua duduk menikmati secangkir kopi akan tetapi Gihu tidak meminum apapun. Tak lama kemudian Ji-siok pun datang, mungkin kami terhalang dan tidak terlihat oleh Ji-siok dan tanpa sempat kami memanggilnya Ji-siok ternyata sudah naik ke atas menuju kamar 212. Berselang beberapa kemudian Ji-siok disertai penghuni kamar 212 pun turun dan masuk ke kantin. Setelah masing-masing menyelesaikan sarapan dan minuman paginya, kami pun berangkat untuk sarapan nasi pecel yang terletak di sebelah kantor Integrita yang lama. Kali ini mobil Gihu tidak hanya diisi dengan cewe-cewe HLH tapi juga ditambah dengan 8. Hmm…mengingat 5 duduk di samping Ji-siok, apakah hubungan 1 dan 3 di mobil Ji-siok semakin berkembang? Tanyakan saja langsung kepada mereka…karena penulis pun tak tahu.

Berhubung warung nasi pecel sedang penuh maka kami pun sempat masuk ke dalam kantor Integrita dan menjarah lagi beberapa buku. Setelah itu kami pun kembali ke warung dan memesan nasi pecel masing-masing kecuali 8 yang tidak memesan karena pada dasarnya 8 hanya doyan ikan asin dan tidak doyan sayur…

Selesai sarapan, kami berangkat ke kantor Integrita yang baru. Di sana acara jarah menjarah ternyata belum selesai. Pada awalnya semua hanya ingin membantu 6 untuk melengkapi koleksinya ternyata malah semua ikutan menjarah. Setelah selesai menjarah maka kami pun kembali ke dalam kantor dan duduk mengobrol. Setelah puas ngobrol sana sini akhirnya jam makan siang pun tiba.

Akhirnya kami pun berangkat menuju restoran de’ Majesty Bistro, dalam perjalanan menuju restoran Gihu menerima tel Siau-siau. Ternyata Siau-siau akan datang bergabung bersama kami karena dia penasaran untuk bertemu dengan 8. Untunglah Siau-siau tiba sebelum acara makan dimulai. Menu yang dipesan oleh Gihu sangat enak dan mengenyangkan dan ditutup dengan dessert es krim.


Kami pun meluncur ke Lawang Sewu setelah selesai makan. Di sana kami diajak berkeliling ke dalam bangunan akan tetapi kami tidak memasuki ruang bawah tanah karena keterbatasan waktu. Sepanjang perjalanan mengelilingi bangunan sayup-sayup terdengar percakapan antara 6 dan 11 yang ingin mengajukan restorasi terhadap bangunan tersebut. Memang sungguh sangat disayangkan apabila bangunan bersejarah seperti itu dibiarkan begitu saja tanpa dipelihara.


Begitu Lawang Sewu selesai maka kami pun beranjak untuk berbelanja oleh-oleh. Masing-masing membeli Bandeng Juwana, Moaci atau Lumpia. Kemudian kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak dan mengobrol bersama, akan tetapi base camp kali ini berpindah ke kamar 212. Kamar 212 pun ramai dengan canda dan tawa. Tak lama setelah Siau-siau pamit untuk pulang, kami pun bersiap-siap untuk berangkat ke bandara karena cewe-cewe HLH akan pulang kembali ke Jakarta dengan penerbangan jam 15.45. Sedangkan cowo-cowo HLH akan kembali ke Jakarta dengan KA malam dan bagi 3 akan kembali ke Bandung keesokan harinya. Kami pun sempat dibuat kaget oleh Ji-siok yang dapat menerobos ke dalam airport di mana bagi orang awam yang tidak memiliki tiket tidak diperkenankan untuk masuk. Kami sempat mengobrol sampai menjelang keberangkatan pesawat. Adios Sa Mo Lang!!! We will back…someday, somehow!!!

Catatan Kecil dari kongkow-kongkow HLH di Semarang

* Ni hanya merupakan catatan kecil, tie-in, gaiden, atau apalah namanya dari "Tayhwee HLH di Semarang..." yang ga penting, yang tercecer dari laporan utama dari sudut pandang mata seorang (apa seekor yah?) kucink.

Mao dibaca sbg pelengkap atawa suplemen ya monggo, kaga dibaca juga monggo, namanya jg pelengkap, ga akan mempengaruhi jalan cerita. Lagian juga yang nulis ni catetan dicurigai mengidap schizophrenia akut sehingga susah bedainnya mana tulisan dia yg beneran, mana yang cuma khayalan dia sendiri.


CATATAN HARI KEDUA
* Nah lho, katanya cuma pelengkap, eh malah ngelancangi laporan utama hari kedua yang lom nongol malah. Dasar catetan ra sopan, langka pendidikane babar blas!!

Bencana......bencana......

pagi-pagi bangun tidur baru sadar ternyata peralatan mandi kucink tertinggal dengan sukses dikudus.Di tas cuma tertinggal sebatang sikat gigi yang meratap tak berdaya dalam kesepian.

Cilaka belih!!Ngabsen kamar mandi ternyata maseh ada sabun mungil utuh atu biji merek hotel merbabu, lumayan. Pasta gigi? beres, tinggal ngembat sepletotan punya gerombolan siberat. Anduk? ini baru masalah.Buka pintu longak-longok cari room-boy, beruntung ada room-boy kadaluarsa manyun disebelah kanan, sontak pasang senyum manis sambil minta tambahan anduk. Mak jan, dibales dengan senyuman yg tak kalah manisnya lagi ma tuh room-boy, sambil nyariin anduk baru. Mission Accomplished, tinggal cibang-cibung mandi biar cakep.

Abis mandi, sarapan. Next destination: resto hotel. Ladalah cilaka maning, kupon makane cuma dijatah 3 biji sedang perut yg laksana preman tanah abang ngamuk minta setoran ada empat biji. Sabodo ah, kaya ga biasa nyelinep cari gratisan ajah.

Biar kata perut dah berontak, tapi jaim nya neh gerombolan siberat ternyata tetep gede, ga mao turun sarapan, ngendon di kamar terus sampe ada yg ngejemput ngajak makan kaya penganten pingitan.Padahal dilihat dari tingkah polahnya yang sebentar-bentar melirik pintu ma hape dengan pandangan penuh belas kasihan, dah ketaoan banget kalo sudah di ambang batas kelaparan semua neh makhluk. Makanya pas jisiok dateng, langsung disambut dengan tatapan mata penuh haru dan bahagia bagaikan juru selamat sendiri yang menjamah mereka.( dikasi insert song You raise me up keren neh scene).

Singkat kata, singkat cerita kemudian kucink turun dah ma gerombolan siberat+jisiok bwat sarapan. Blink...blink...blink....seger en sejuk rasanya melihat di resto telah menunggu 3 makhluk manis yg menyambut kedatangan kucink dengan senyuman semanis coklat toblerone. Aih...aih...rasanya ga sia-sia kucink hidup selama 26 taon ini.

Diantara ketiga gadis manis tersebut ternyata telah terduduk seorang setengah baya, yang masih tampak gagah, masih tampak sisa-sisa ketampanan dan keperkasaan masa mudanya dahulu, sedang menatap kucink dengan pandangan penuh curahan kasih sayang seorang ayah, tersenyum hangat, senyum yang membawa kedamaian.

Melihat pria tersebut, menatap sinar matanya yang penuh akan kasih sayang seorang ayah, menatap senyumannya yang menyejukkan hati, yang mengungkapkan beribu perhatian seorang ayah kepada anaknya, membuat kucink terdiam. Kerinduan selama setengah tahun bergejolak didada, kerinduan seorang anak akan kasih sayang seorang ayah bergelora memuncak dalam setiap jengkal nadi kucink. Ingin rasanya mulut berucap sekedar tuk menyampaikan salam hormat,apa daya hanya gagap keharuan yang terlontar dari mulut kucink.

Entah sejak kapan, tanpa sadar pengelihatan kucink menjadi buram, pipi kucink menjadi basah. Buram oleh airmata kerinduan, basah oleh airmata keharuan yang tak terbendung lagi. Persetan dengan kata-kata orang yang bilang kalau "Seorang pria hanya mengalirkan darah bukan airmata",......


*To Be Continued..................klo sempat en niat^^

Monday, October 27, 2008

Tayhwee HLH di Semarang...

Hari Pertama di Semarang

Finally…HLH Jakarta datang juga ke Semarang selama 2 hari even tanpa Sam-siok, Su-koh, 2, 4, 7 dan 9.

Naik kereta api tut…tut…tuttt…siapa hendak turut…
Itulah sepenggal bait lagu yang cocok bagi rombongan sodara cowo-cowo HLH yang terdiri dari 1, 3 dan 5 ke Semarang dengan menggunakan kereta api. 1 dan 5 berangkat dari Jakarta ke Semarang pada hari Jumat tgl 17 Oktober 2008 dan tiba di Semarang tengah malam dan dijemput oleh Ji-siok. Sedangkan 3 berangkat dari Bandung pada tgl 17 Oktober 2008 mungkin tengah malam ato subuh dan tiba di Semarang pada tgl 18 Oktober 2008 pagi.

Rombongan cewe-cewe HLH yang terdiri dari 6, 10 dan 11 berangkat ke Semarang pada tgl 18 Oktober 2008 dengan penerbangan pertama dari Mandala Airlines yang terbang jam 06.15 dan tiba di Semarang pada jam 07.00 pagi. Saat keluar dari gerbang kedatangan ternyata Ji-siok telah menanti dengan senyuman lebar.

Setelah dijemput ke hotel Merbabu dan berkumpul dengan Gihu dan sodara-sodara cowok HLH dan menaruh tas-tas bawaan, kami semua pun berangkat ke Restoran Holiday untuk sarapan pagi. Kali ini kami berangkat dengan menggunakan 2 mobil, yang cewe-cewe ikut dengan mobil Gihu sedangkan yang cowo-cowo ikut mobil Ji-siok.

Hmmm…sarapan pagi kami adalah Dim-Sum. Menu yang dipesan adalah Ceker Ayam, Xiao Long Bao, Bak Pao *di mana ketika bak pao sudah tinggal 1 buah dan dengan sigap diselamatkan oleh 6 sebelum diambil oleh yang lain*, Sio May, Hau Kauw, Lumpia Udang Goreng, Bubur Ayam, Sio May Hisit…wahhh…apalagi ya menunya, ternyata lupa hehehe…


Setalah sarapan kami pun menuju ke kantor Integrita. Sesampainya di kantor Integrita maka acara jarah menjarah pun dimulai. Masing-masing sibuk menjarah bagian masing-masing. Setelah itu kami pun berbincang-bincang sambil ngemil oleh-oleh coklat yang dibawa oleh 6 dari Belanda. Bahkan kertas pembungkus coklatnya ini sempat disimpan oleh 5 untuk dikoleksi. Setelah selesai menjarah, semua duduk tenang dan mengobrol sampai puas.

Saat jam makan siang pun tiba dan kami segera berangkat untuk makan siang. Kepitinggg…kami datangggg!!! Kali ini kami berangkat dengan hanya menggunakan mobil Ji-siok. Dalam perjalanan menuju restoran kami sempat mampir dulu ke Liang Rase alias tempat penyewaan buku-buku untuk mencari buku-buku. Setelah itu kami pun berangkat ke restoran.

Menu yang kami pesan adalah 2 porsi Kepiting Taoco, 1 porsi Kepiting Goreng, 1 porsi Kepiting Saos Padang, 2 porsi Cah Kangkung, 1 porsi Ikan Bakar, 3 porsi Udang Bago. Hush…yang tidak makan jangan sampai netes air liurnya saat baca postingan ini hehehe…gak ditanggung kalo ngiler mah!

Selesai makan, kami pun kembali berkumpul di kantor Integrita dan melihat-lihat foto 6 sewaktu tour di Eropa. Foto-foto pemandangan di Eropa sangat bagus-bagus…arghhh…kapan ya bisa nyusul 6 untuk jalan-jalan ke Eropa, mauuuu….!!!

Saat jam kira-kira sudah menunjukkan pukul 15.00 kami pun bangkit dan berangkat untuk menikmati nikmatnya es krim Lind’s. Suasana di Lind’s ternyata cukup enak dan santai. Kami mengambil tempat duduk di luar yang lebih enak dan untungnya langit sangat bersahabat.

Untuk dapat menikmati es krim Lind’s sebenarnya tidak perlu jauh-jauh ke Semarang, di daerah Kelapa Gading, Jakarta juga ada kok. Tapi jelas suasananya beda donkkk kalo HLH ngumpul-ngumpul di Lind’s Semarang untuk menikmati es krim. Suasana seperti ini tidak sama kalo dinikmati dengan teman-teman yang lain.

Bubar dari Lind’s, Gihu ternyata sudah sangat capek dan pulang untuk mandi dan beristirahat sebentar dan kami semua kembali ke hotel untuk mandi dan istirahat sejenak. Ternyata tak lama setelah kami tiba di hotel, Gihu pun menelpon dan mengabarkan bahwa beliau tidak dapat mengikuti acara selanjutnya karena sudah terlalu capek dan ingin tidur.

Saat jam menunjukkan pukul 18.00 ternyata Ji-siok sudah kembali menjemput kami di hotel. Tak lama setelah itu kami pun berangkat menuju Semawis. Di Semawis kami berjalan-jalan dari ujung ke ujung untuk melihat-lihat jualan apa yang digelar. Kami pun sempat mencicipi es Congklik. Sempat pula hawa sesat 1 yang terlalu tebal itu mempengaruhi seorang anak kecil karena terlalu pekat.

Setelah melihat-lihat dan kami tidak tertarik untuk makan di Semawis maka kami sempat bingung ingin makan apa, akhirnya kami memutuskan untuk makan nasi ayam dan kami segera berangkat dari Semawis menuju warung nasi ayam. Sebelum berangkat kami sempat membeli bekicot rica-rica di Semawis dan dimakan di warung nasi ayam.

Selesai makan, kami berencana untuk menikmati pemandangan malam kota Semarang tetapi tak diduga dan tak disangka hujan turun dengan derasnya. Kami hanya sempat keliling naik ke atas untuk melihat kota Semarang. Akan tetapi kami tidak dapat mampir karena semua tempat untuk duduk penuh. Setelah berkeliling sana sini yang akhirnya penuh kami memutuskan untuk menikmati wedang jahe di Istana Wedang akan tetapi tempat ini pun penuh dan kami memutuskan untuk nongkrong di kantin hotel kami yang letaknya persis di seberang Istana Wedang. Mungkin rejeki memang milik Wedang Jahe karena kantin hotel telah tutup dan kami memutuskan kembali ke sana. Selain itu, tujuan kami nongkrong di Istana Wedang adalah sambil menunggu kedatangan 8 dari Kudus. Ketika mendekati waktu yang diberitahukan oleh 8 kami pun kembali ke hotel.

Di hotel kami berkumpul di kamar 135 di mana kamar ini dipergunakan oleh cewe-cewe HLH. Ternyata 5 sudah gelisah dan tak sabar menunggu kedatangan 8. Ketika akhirnya 8 tiba, acara peluk-pelukan antara 5 dan 8 yang ditunggu-tunggu malah tidak terjadi. Ada apa gerangan? Kok malah 5 dan 8 duduknya terpisah dari ujung ke ujung. Kami pun sempat melanjutkan obrolan kami diikuti dengan pembagian oleh-oleh dari 8. Setelah jam menunjukkan hampir jam 1 pagi, Ji-siok pun beranjak pulang dengan janji bertemu kembali jam 07.00 pagi keesokan harinya. Tak lama setelah itu yang cowo-cowo pun kembali ke kamar 212 sambil menggotong ekstra bed. Hmmm…apa jadinya 4 cowo-cowo sekamar dengan pengaruh hawa sesat yang pekat dari 1? Jangan ditanya!!! Lebih baik baca lanjutan ceritanya untuk hari kedua di Semarang besok yaaa…

Catatan: Semua foto-foto di atas diambil oleh 3 dan 11.