Tuesday, October 28, 2008

Pendekar Riang

Baru kelar baca pendekar riang nih...bikin reviewnya ahhh...

Pendekar Riang adalah cerita silat yang merupakan bacaan ringan yang bisa membuat kita terhibur dengan kelakuan para tokohnya. Pendekar riang menceritakan persahabatan 4 orang yang pada awal mulanya tidak saling kenal kemudian tinggal serumah dan menjadi sahabat. Kehidupan mereka terlalu biasa bahkan mereka tidak perduli bagaimana hari esok yang akan dijalani. Cara bercerita yang alur ceritanya teratur dan enak untuk diikuti, kadangkala membuat kita bisa tertawa-tawa atau tersenyum-senyum. Kwik Tay Lok yang selalu tidak berpikir panjang dan hoki, Ong Tiong yang selalu jeli dalam melihat segala permasalahan, Yan Jit yang selalu dapat meredam emosi Kwik Tay Lok dan Lim Tay Peng yang penuh misteri. Pace ceritanya juga tidak terlalu bertele-tele dan juga tidak terlalu cepat. Masalah yang datang silih berganti tidak saling bertumpuk dan mendapatkan penyelesaian yang baik. Karakter tokohnya juga cukup konsisten dan developmentnya cukup baik.

Warning: Hati-hati kalo membaca cersil yang satu ini, sebaiknya hindari tempat umum karena akan dipandang aneh oleh orang-orang. Membaca sambil senyum-senyum atau tertawa-tawa sendirian berbahaya. Sebaiknya baca di tempat tertutup yang aman...

Semaranggg...oh...Semarang...

Hari Kedua di Semarang…

Jam 06.00 pagi satu handphone berbunyi tanda sms masuk kemudian disusul dengan bunyi sms dari hp-hp yang lain di kamar 135. Ternyata semua menerima sms panggilan bangun dari 2. Akhirnya semua penghuni kamar 135 bangun dan bergantian mandi.

Sebelum jam 07.00 semuanya sudah rapi dan ternyata Gihu sudah datang dan mengetuk pintu. Semua penghuni kamar 135 dan Gihu akhirnya berkumpul di kantin sedangkan penghuni kamar 212 belum kelihatan batang hidungnya. Kami semua duduk menikmati secangkir kopi akan tetapi Gihu tidak meminum apapun. Tak lama kemudian Ji-siok pun datang, mungkin kami terhalang dan tidak terlihat oleh Ji-siok dan tanpa sempat kami memanggilnya Ji-siok ternyata sudah naik ke atas menuju kamar 212. Berselang beberapa kemudian Ji-siok disertai penghuni kamar 212 pun turun dan masuk ke kantin. Setelah masing-masing menyelesaikan sarapan dan minuman paginya, kami pun berangkat untuk sarapan nasi pecel yang terletak di sebelah kantor Integrita yang lama. Kali ini mobil Gihu tidak hanya diisi dengan cewe-cewe HLH tapi juga ditambah dengan 8. Hmm…mengingat 5 duduk di samping Ji-siok, apakah hubungan 1 dan 3 di mobil Ji-siok semakin berkembang? Tanyakan saja langsung kepada mereka…karena penulis pun tak tahu.

Berhubung warung nasi pecel sedang penuh maka kami pun sempat masuk ke dalam kantor Integrita dan menjarah lagi beberapa buku. Setelah itu kami pun kembali ke warung dan memesan nasi pecel masing-masing kecuali 8 yang tidak memesan karena pada dasarnya 8 hanya doyan ikan asin dan tidak doyan sayur…

Selesai sarapan, kami berangkat ke kantor Integrita yang baru. Di sana acara jarah menjarah ternyata belum selesai. Pada awalnya semua hanya ingin membantu 6 untuk melengkapi koleksinya ternyata malah semua ikutan menjarah. Setelah selesai menjarah maka kami pun kembali ke dalam kantor dan duduk mengobrol. Setelah puas ngobrol sana sini akhirnya jam makan siang pun tiba.

Akhirnya kami pun berangkat menuju restoran de’ Majesty Bistro, dalam perjalanan menuju restoran Gihu menerima tel Siau-siau. Ternyata Siau-siau akan datang bergabung bersama kami karena dia penasaran untuk bertemu dengan 8. Untunglah Siau-siau tiba sebelum acara makan dimulai. Menu yang dipesan oleh Gihu sangat enak dan mengenyangkan dan ditutup dengan dessert es krim.


Kami pun meluncur ke Lawang Sewu setelah selesai makan. Di sana kami diajak berkeliling ke dalam bangunan akan tetapi kami tidak memasuki ruang bawah tanah karena keterbatasan waktu. Sepanjang perjalanan mengelilingi bangunan sayup-sayup terdengar percakapan antara 6 dan 11 yang ingin mengajukan restorasi terhadap bangunan tersebut. Memang sungguh sangat disayangkan apabila bangunan bersejarah seperti itu dibiarkan begitu saja tanpa dipelihara.


Begitu Lawang Sewu selesai maka kami pun beranjak untuk berbelanja oleh-oleh. Masing-masing membeli Bandeng Juwana, Moaci atau Lumpia. Kemudian kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak dan mengobrol bersama, akan tetapi base camp kali ini berpindah ke kamar 212. Kamar 212 pun ramai dengan canda dan tawa. Tak lama setelah Siau-siau pamit untuk pulang, kami pun bersiap-siap untuk berangkat ke bandara karena cewe-cewe HLH akan pulang kembali ke Jakarta dengan penerbangan jam 15.45. Sedangkan cowo-cowo HLH akan kembali ke Jakarta dengan KA malam dan bagi 3 akan kembali ke Bandung keesokan harinya. Kami pun sempat dibuat kaget oleh Ji-siok yang dapat menerobos ke dalam airport di mana bagi orang awam yang tidak memiliki tiket tidak diperkenankan untuk masuk. Kami sempat mengobrol sampai menjelang keberangkatan pesawat. Adios Sa Mo Lang!!! We will back…someday, somehow!!!

Catatan Kecil dari kongkow-kongkow HLH di Semarang

* Ni hanya merupakan catatan kecil, tie-in, gaiden, atau apalah namanya dari "Tayhwee HLH di Semarang..." yang ga penting, yang tercecer dari laporan utama dari sudut pandang mata seorang (apa seekor yah?) kucink.

Mao dibaca sbg pelengkap atawa suplemen ya monggo, kaga dibaca juga monggo, namanya jg pelengkap, ga akan mempengaruhi jalan cerita. Lagian juga yang nulis ni catetan dicurigai mengidap schizophrenia akut sehingga susah bedainnya mana tulisan dia yg beneran, mana yang cuma khayalan dia sendiri.


CATATAN HARI KEDUA
* Nah lho, katanya cuma pelengkap, eh malah ngelancangi laporan utama hari kedua yang lom nongol malah. Dasar catetan ra sopan, langka pendidikane babar blas!!

Bencana......bencana......

pagi-pagi bangun tidur baru sadar ternyata peralatan mandi kucink tertinggal dengan sukses dikudus.Di tas cuma tertinggal sebatang sikat gigi yang meratap tak berdaya dalam kesepian.

Cilaka belih!!Ngabsen kamar mandi ternyata maseh ada sabun mungil utuh atu biji merek hotel merbabu, lumayan. Pasta gigi? beres, tinggal ngembat sepletotan punya gerombolan siberat. Anduk? ini baru masalah.Buka pintu longak-longok cari room-boy, beruntung ada room-boy kadaluarsa manyun disebelah kanan, sontak pasang senyum manis sambil minta tambahan anduk. Mak jan, dibales dengan senyuman yg tak kalah manisnya lagi ma tuh room-boy, sambil nyariin anduk baru. Mission Accomplished, tinggal cibang-cibung mandi biar cakep.

Abis mandi, sarapan. Next destination: resto hotel. Ladalah cilaka maning, kupon makane cuma dijatah 3 biji sedang perut yg laksana preman tanah abang ngamuk minta setoran ada empat biji. Sabodo ah, kaya ga biasa nyelinep cari gratisan ajah.

Biar kata perut dah berontak, tapi jaim nya neh gerombolan siberat ternyata tetep gede, ga mao turun sarapan, ngendon di kamar terus sampe ada yg ngejemput ngajak makan kaya penganten pingitan.Padahal dilihat dari tingkah polahnya yang sebentar-bentar melirik pintu ma hape dengan pandangan penuh belas kasihan, dah ketaoan banget kalo sudah di ambang batas kelaparan semua neh makhluk. Makanya pas jisiok dateng, langsung disambut dengan tatapan mata penuh haru dan bahagia bagaikan juru selamat sendiri yang menjamah mereka.( dikasi insert song You raise me up keren neh scene).

Singkat kata, singkat cerita kemudian kucink turun dah ma gerombolan siberat+jisiok bwat sarapan. Blink...blink...blink....seger en sejuk rasanya melihat di resto telah menunggu 3 makhluk manis yg menyambut kedatangan kucink dengan senyuman semanis coklat toblerone. Aih...aih...rasanya ga sia-sia kucink hidup selama 26 taon ini.

Diantara ketiga gadis manis tersebut ternyata telah terduduk seorang setengah baya, yang masih tampak gagah, masih tampak sisa-sisa ketampanan dan keperkasaan masa mudanya dahulu, sedang menatap kucink dengan pandangan penuh curahan kasih sayang seorang ayah, tersenyum hangat, senyum yang membawa kedamaian.

Melihat pria tersebut, menatap sinar matanya yang penuh akan kasih sayang seorang ayah, menatap senyumannya yang menyejukkan hati, yang mengungkapkan beribu perhatian seorang ayah kepada anaknya, membuat kucink terdiam. Kerinduan selama setengah tahun bergejolak didada, kerinduan seorang anak akan kasih sayang seorang ayah bergelora memuncak dalam setiap jengkal nadi kucink. Ingin rasanya mulut berucap sekedar tuk menyampaikan salam hormat,apa daya hanya gagap keharuan yang terlontar dari mulut kucink.

Entah sejak kapan, tanpa sadar pengelihatan kucink menjadi buram, pipi kucink menjadi basah. Buram oleh airmata kerinduan, basah oleh airmata keharuan yang tak terbendung lagi. Persetan dengan kata-kata orang yang bilang kalau "Seorang pria hanya mengalirkan darah bukan airmata",......


*To Be Continued..................klo sempat en niat^^

Monday, October 27, 2008

Tayhwee HLH di Semarang...

Hari Pertama di Semarang

Finally…HLH Jakarta datang juga ke Semarang selama 2 hari even tanpa Sam-siok, Su-koh, 2, 4, 7 dan 9.

Naik kereta api tut…tut…tuttt…siapa hendak turut…
Itulah sepenggal bait lagu yang cocok bagi rombongan sodara cowo-cowo HLH yang terdiri dari 1, 3 dan 5 ke Semarang dengan menggunakan kereta api. 1 dan 5 berangkat dari Jakarta ke Semarang pada hari Jumat tgl 17 Oktober 2008 dan tiba di Semarang tengah malam dan dijemput oleh Ji-siok. Sedangkan 3 berangkat dari Bandung pada tgl 17 Oktober 2008 mungkin tengah malam ato subuh dan tiba di Semarang pada tgl 18 Oktober 2008 pagi.

Rombongan cewe-cewe HLH yang terdiri dari 6, 10 dan 11 berangkat ke Semarang pada tgl 18 Oktober 2008 dengan penerbangan pertama dari Mandala Airlines yang terbang jam 06.15 dan tiba di Semarang pada jam 07.00 pagi. Saat keluar dari gerbang kedatangan ternyata Ji-siok telah menanti dengan senyuman lebar.

Setelah dijemput ke hotel Merbabu dan berkumpul dengan Gihu dan sodara-sodara cowok HLH dan menaruh tas-tas bawaan, kami semua pun berangkat ke Restoran Holiday untuk sarapan pagi. Kali ini kami berangkat dengan menggunakan 2 mobil, yang cewe-cewe ikut dengan mobil Gihu sedangkan yang cowo-cowo ikut mobil Ji-siok.

Hmmm…sarapan pagi kami adalah Dim-Sum. Menu yang dipesan adalah Ceker Ayam, Xiao Long Bao, Bak Pao *di mana ketika bak pao sudah tinggal 1 buah dan dengan sigap diselamatkan oleh 6 sebelum diambil oleh yang lain*, Sio May, Hau Kauw, Lumpia Udang Goreng, Bubur Ayam, Sio May Hisit…wahhh…apalagi ya menunya, ternyata lupa hehehe…


Setalah sarapan kami pun menuju ke kantor Integrita. Sesampainya di kantor Integrita maka acara jarah menjarah pun dimulai. Masing-masing sibuk menjarah bagian masing-masing. Setelah itu kami pun berbincang-bincang sambil ngemil oleh-oleh coklat yang dibawa oleh 6 dari Belanda. Bahkan kertas pembungkus coklatnya ini sempat disimpan oleh 5 untuk dikoleksi. Setelah selesai menjarah, semua duduk tenang dan mengobrol sampai puas.

Saat jam makan siang pun tiba dan kami segera berangkat untuk makan siang. Kepitinggg…kami datangggg!!! Kali ini kami berangkat dengan hanya menggunakan mobil Ji-siok. Dalam perjalanan menuju restoran kami sempat mampir dulu ke Liang Rase alias tempat penyewaan buku-buku untuk mencari buku-buku. Setelah itu kami pun berangkat ke restoran.

Menu yang kami pesan adalah 2 porsi Kepiting Taoco, 1 porsi Kepiting Goreng, 1 porsi Kepiting Saos Padang, 2 porsi Cah Kangkung, 1 porsi Ikan Bakar, 3 porsi Udang Bago. Hush…yang tidak makan jangan sampai netes air liurnya saat baca postingan ini hehehe…gak ditanggung kalo ngiler mah!

Selesai makan, kami pun kembali berkumpul di kantor Integrita dan melihat-lihat foto 6 sewaktu tour di Eropa. Foto-foto pemandangan di Eropa sangat bagus-bagus…arghhh…kapan ya bisa nyusul 6 untuk jalan-jalan ke Eropa, mauuuu….!!!

Saat jam kira-kira sudah menunjukkan pukul 15.00 kami pun bangkit dan berangkat untuk menikmati nikmatnya es krim Lind’s. Suasana di Lind’s ternyata cukup enak dan santai. Kami mengambil tempat duduk di luar yang lebih enak dan untungnya langit sangat bersahabat.

Untuk dapat menikmati es krim Lind’s sebenarnya tidak perlu jauh-jauh ke Semarang, di daerah Kelapa Gading, Jakarta juga ada kok. Tapi jelas suasananya beda donkkk kalo HLH ngumpul-ngumpul di Lind’s Semarang untuk menikmati es krim. Suasana seperti ini tidak sama kalo dinikmati dengan teman-teman yang lain.

Bubar dari Lind’s, Gihu ternyata sudah sangat capek dan pulang untuk mandi dan beristirahat sebentar dan kami semua kembali ke hotel untuk mandi dan istirahat sejenak. Ternyata tak lama setelah kami tiba di hotel, Gihu pun menelpon dan mengabarkan bahwa beliau tidak dapat mengikuti acara selanjutnya karena sudah terlalu capek dan ingin tidur.

Saat jam menunjukkan pukul 18.00 ternyata Ji-siok sudah kembali menjemput kami di hotel. Tak lama setelah itu kami pun berangkat menuju Semawis. Di Semawis kami berjalan-jalan dari ujung ke ujung untuk melihat-lihat jualan apa yang digelar. Kami pun sempat mencicipi es Congklik. Sempat pula hawa sesat 1 yang terlalu tebal itu mempengaruhi seorang anak kecil karena terlalu pekat.

Setelah melihat-lihat dan kami tidak tertarik untuk makan di Semawis maka kami sempat bingung ingin makan apa, akhirnya kami memutuskan untuk makan nasi ayam dan kami segera berangkat dari Semawis menuju warung nasi ayam. Sebelum berangkat kami sempat membeli bekicot rica-rica di Semawis dan dimakan di warung nasi ayam.

Selesai makan, kami berencana untuk menikmati pemandangan malam kota Semarang tetapi tak diduga dan tak disangka hujan turun dengan derasnya. Kami hanya sempat keliling naik ke atas untuk melihat kota Semarang. Akan tetapi kami tidak dapat mampir karena semua tempat untuk duduk penuh. Setelah berkeliling sana sini yang akhirnya penuh kami memutuskan untuk menikmati wedang jahe di Istana Wedang akan tetapi tempat ini pun penuh dan kami memutuskan untuk nongkrong di kantin hotel kami yang letaknya persis di seberang Istana Wedang. Mungkin rejeki memang milik Wedang Jahe karena kantin hotel telah tutup dan kami memutuskan kembali ke sana. Selain itu, tujuan kami nongkrong di Istana Wedang adalah sambil menunggu kedatangan 8 dari Kudus. Ketika mendekati waktu yang diberitahukan oleh 8 kami pun kembali ke hotel.

Di hotel kami berkumpul di kamar 135 di mana kamar ini dipergunakan oleh cewe-cewe HLH. Ternyata 5 sudah gelisah dan tak sabar menunggu kedatangan 8. Ketika akhirnya 8 tiba, acara peluk-pelukan antara 5 dan 8 yang ditunggu-tunggu malah tidak terjadi. Ada apa gerangan? Kok malah 5 dan 8 duduknya terpisah dari ujung ke ujung. Kami pun sempat melanjutkan obrolan kami diikuti dengan pembagian oleh-oleh dari 8. Setelah jam menunjukkan hampir jam 1 pagi, Ji-siok pun beranjak pulang dengan janji bertemu kembali jam 07.00 pagi keesokan harinya. Tak lama setelah itu yang cowo-cowo pun kembali ke kamar 212 sambil menggotong ekstra bed. Hmmm…apa jadinya 4 cowo-cowo sekamar dengan pengaruh hawa sesat yang pekat dari 1? Jangan ditanya!!! Lebih baik baca lanjutan ceritanya untuk hari kedua di Semarang besok yaaa…

Catatan: Semua foto-foto di atas diambil oleh 3 dan 11.

Sunday, October 26, 2008

Eropa Hari Ke-10

11 Oktober 2008

Pisa - Rome

Roma tujuan terakhir dari perjalanan wisata ini. Jarak tempuh dari Pisa ke Roma cukup lama.
Sepanjang jalan kami hanya tidur, sekali-sekali memperhatikan jalan, rupanya banyak perbaikan jalan sedang dilakukan.

Saat makan siang kami sudah tiba di pinggir kota Roma. Untuk menghindari kemacetan dan agar lebih menghemat waktu diputuskan untuk makan di tempat istirahat di pinggir jalan Tol.
Kali ini berkesempatan mencicipi makanan Itali. Kami memesan Lasagna, Fettucini dengan tomato sauce serta salmon.
Setelah membayar di kasir, makanan dihangatkan di microwave. Lasagna-nya tidak terlalu mahal harganya € 4,30, porsinya cukup mengenyangkan, dengan rasa yang enak. Fettucini diberi saus bolognaise, harganya lebih mahal dari Lasagna, tapi
tidak berbeda jauh. Nah kalau ikan salmonnya cukup mahal sekitar € 10, dengan rasa yang biasa saja. Selesai makan kami mencicipi kue coklat sebagai makanan penuntup, harganya € 3,5. Meski cuma makan di kafetaria di pinggir tol, namun
kesempatan menikmati masakan Itali di negeri asal ini sudah cukup menggembirakan, mengingat biasanya hanya menelan Chinese Food.

Matahari bersinar sangat terang, namun semilir angin dingin cukup menyejukan. Perjalanan pun dilanjutkan dengan perhentian pertama di kota Vatikan.
Kami disambut dengan local guide, kali ini pemandu wisata lokalnya sangat ramah dengan cara bicara yang teatrikal.
Tiba di depan St. Peter's Basilica, tampak dua orang tentara berdiri di gerbang dengan seragam yang unik. Rupanya itu Swiss Guard yang disewa oleh Vatikan untuk menjaga keamanan. Seragamnya yang cukup aneh untuk zaman sekarang itu merupakan
rancangan Michaelangelo. Berbicara tentang Vatikan pastilah akan diingatkan tentang maestro yang satu itu. Karena kubah gereja tempat paus berada itu hasil rancangannya. Serta patung La Pieta, yang menunjukkan Maria sedang memangku Yesus setelah penyaliban merupakan hasil karyanya, di tempatkan di dalam gereja.
Saat kami datang tampak banyak kursi yang sudah disusun rapi, di depan gereja digantung lukisan 4 orang. Karena hari minggu keesokan harinya akan ada acara misa.
Swiss Guard, seragamnya cerah ya...

St Peter's Basilica

Obelisk juga



Antrian untuk masuk ke dalam gereja cukup panjang, di pintu terdapat pemeriksaan ketat menggunakan logam detektor, serta pengecekan barang bawaan.
Bagian dalam gereja sangat luas dan terang berbeda dengan Gothic Church Koln, di sisi kanan pintu masuk patung La Pieta yang dilindungi kaca tebal dikerumuni pengunjung.
Gereja terbuat dari batu pualam, pilar-pilar yang menjulang tinggi dengan patung-patung bertebaran di setiap sudut. Ukiran di langit-langit dicat warna emas.
Rasanya belum puas berkeliling St. Peter Basilica, kami harus melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya.





Hari itu ada demo buruh sehingga jalanan menuju Colosseum ditutup, untunglah ada local guide yang memberi petunjuk jalan alternatif. Namun ini juga merupakan kesempatan bagus karena bisa melihat-lihat kota Roma meski dari dalam bus.
Roma merupakan kota tua, dan itu tampak dari bangunan-bangunan yang ada di kota lama ini. Semua bangunan rata-rata berusia ratusan tahun dengan jalan-jalan sempit. Bangunan tinggi di kiri-kanan jalan sempit itu memberikan keteduhan pada musim panas. Kebanyakan jalanan bukan dari aspal melainkan susunan batu-batu, tampak sangat kuat. Setiap beberapa saat kami melihat gereja, ada banyak gereja di sini.




Setelah berputar-putar, akhirnya tiba di Colosseum, bangunan yang usiannya hampir 2000 tahun ini mulai dibangun sekitar tahun 70-72 masehi. Dengan panjang 189 meter, lebar 156 meter serta tinggi 48 meter semua terbuat dari batu. Sulit dibayangkan bagaimana bangsa Romawi membuat bangunan semegah ini di zaman dulu. Mengagumkan, di tempat inilah para gladiator bertarung mengadu jiwa diiringi sorak-sorai penonton.
Namun rupanya demo buruh itu berlangsung di Colosseum ini, kami berkesempatan melihat demo ala Itali. Karena demo inilah, wisatawan tidak bisa masuk ke dalam kompleks Colosseum untuk melihat lebih dekat.
Di samping Colosseum ada semacam gerbang namanya Arco di Constantino (Arc of Constantine) dibangun tahun 315 Masehi dengan tinggi 25 meter. Gerbang ini dilihat mirip dengan Arc d'Triomphe di Paris. Sepertinya gerbang inilah yang mengilhami
Napoleon membangun Arc d'Triomphe.

Colosseum
Arc of Constantine

Selanjutnya melihat Trevi Fountain yang didesain oleh Nicola Salvi pada tahun 1762, dengan patung Neptunus di tengahnya.
Orang-orang bilang jika kita melempar koin melalui bahu kiri maka kita akan kembali lagi ke Roma. Tentu kami pun melempar koin, siapa tahu memang kembali lagi ke Roma, ditambah lagi masih banyak tempat yang belum dikunjungi, semoga benar-benar terjadi.
Pengunjung Trevi Fountain ini sangat banyak. Di dekat Trevi ada orang yang mengenakan pakaian Romawi zaman dulu, jika ada yang ingin foto bersama tentu harus membayar.



Trevi Fountain

Setelah itu kami langsung berjalan kaki menuju Spanish Steps, tempat nongkrong orang-orang Roma pada akhir pekan. Kebetulan ini hari Sabtu dan memang benar Spanish Step ramai luar biasa. Kalau terpisah dari teman seperjalanan akan sangat sulit mencarinya, suasana ini cocok untuk foto 'where is waldi?'
Dekat dari Spanish Step ini merupakan pusat perbelanjaan mewah. Sepanjang jalan tampak toko-toko macam Louis Vuitton, Prada, Bvlgari, Gucci dan kawan-kawan.
Pejalan kaki memenuhi jalanan baik wisatawan maupun penduduk lokal. Lelah sehabis melihat-lihat, kami kembali ke Spanish Step duduk di anak tangganya sambil makan es krim. Rasa es krimnya sangat enak, lembut, manisnya pas.




Malam ini kami makan masakan Thai, tiba di restoran ternyata juga menjual masakan Indonesia dan Malaysia. Sambutan di restoran ini sangat baik, pelayannya ramah yang rupanya orang Indonesia asal Yogya.
Makanannya pun lezat, ayam goreng, mie goreng, baso goreng, kuah tom yam kung dengan udang yang besar-besar, ikan goreng serta kangkung. Akhirnya bisa makan sayuran laen selain sawi putih dan kubis.
Resto ini juga memberikan red wine, dan minuman ringan seperti coca cola dan fanta. Meski tidak ada sambal Indonesia yang pedas dan nikmat, tapi bisa meminta cabe potong. Kali ini tidak mengalami kendala bahasa
dalam berkomunikasi dengan pelayan restoran.

Waktunya pulang ke hotel untuk merapikan semua barang bawaan, karena besok kami akan kembali ke Indonesia.
Perjalanan ke Eropa kali ini berakhir di Roma.
Suatu saat nanti pasti akan kembali ke Paris dan Roma, kalau bisa pergi sendiri jadi dapat mengunjungi obyek-obyek wisata yang ingin dilihat.

Eropa Hari Ke-9

10 Oktober 2008

Venice - Pisa

Pagi hari ini akhirnya bisa melihat bangunan hotel dengan lebih jelas, sarapan kurang lebih sama dengan hari-hari sebelumnya.
Bis sudah siap menanti dan akan mengantar ke dermaga, namun sebelumnya harus membayar pajak yang kemarin belum sempat dilakukan.
Pagi ini kami bisa melihat dengan jelas pemandangan sempit yang dilewati semalam untuk mencapai hotel, astaga benar-benar sempit, hingga kalau ada mobil dari arah yang berlawanan, mereka harus memarkir di pinggir jalan supaya bis bisa melaju tanpa harus menyerempet. Jadinya pemandangannya lucu, dari jauh mobil-mobil sudah melihat bis kami,langsung parkir di pinggir-pinggir ladang, meski demikian jarang terdengar klakson mobil ataupun pengemudi yang ngotot ingin jalan duluan. Seru juga.

Saat tiba di dermaga, sebuah kapal sudah menunggu kami, perjalanan menyeberangi laut untuk mencapai lokasi wisata.
Cuaca sangat cerah, matahari bersinar terang. Kali ini kembali muncul local guide yang menerangkan sejarah Venesia serta nama bangunan yang ada. Di La Piazza San Marco banyak burung merpati berterbangan yang menanti makanan dari pengunjung. Gereja San Marco sangat indah, langit-langitnya penuh dengan mosaik,dengan pilar-pilar pualam yang kokoh namun sayang tidak boleh difoto.
Untuk naik ke lantai atas gereja, pengunjung harus membayar € 4.

Mozaik di bagian luar gereja San Marco




Menara jam yang ada di Piazza San Marco sudah berusia 500 tahun dan masih bekerja dengan baik menggunakan peralatan seperti pada awal pembuatannya.
Ada 2 buah jam di menara tersebut, menggunakan lambang zodiak dan angka romawi.Lonceng di atas menara berbunyi setiap jam, dengan cara digoyangkan oleh patung di sebelah kanan, dan dipukul oleh patung sebelah kiri.
Sementara itu patung/ukiran 'singa' lambang San Marco bertebaran di mana-mana. Patung berbentuk singa dan bersayap ini sempat disebutkan dalam novel Lion Boy.








lonceng dengan tanda zodiak

ukiran patung 'singa'

Venesia terkenal dengan gelas tiupnya yang terbuat dari bahan pasir dan bahan lainnya, serta dibakar dengan panas lebih dari 900 derajat celcius. Peragaan pembuatan gelas tiup diperlihatkan pada para pengunjung, pembuatnya memerlukan keahlian khusus, hasil jadinya pun sangat indah. Mereka mengaku masih menggunakan cara dan bahan tradisional sejak zaman dahulu.
Barang-barang yang dijual tidak hanya berbentuk cangkir, tapi ada pula pajangan dan perhiasan serta peralatan makan. Untuk memudahkan wisatawan membawa pulang hasil buatan mereka, kemasan yang kuat dan aman sudah disiapkan.
Selain itu cindera mata lain yang banyak dijual adalah topeng-topeng. Venesia terkenal dengan pesta topengnya, seperti yang sering diceritakan di novel-novel.

Meski Venesia terkenal dengan gondolanya, namun kami tidak ikut mencoba karena harga yang kurang cocok dengan kantong. Untuk menyewa satu gondola harus membayar € 120. Terpaksa hanya melihat orang-orang yang naik gondola sambil dinyanyikan lagu oleh pendayungnya. Namun kanal-kanal ini warna airnya agak abu-abu walaupun tetap lebih bersih jika dibandingkan dengan air kanal yang ada di Jakarta.
Gondola

Setelah berhari-hari kedinginan, kali ini cuaca sangat panas, keringat mengucur akhirnya kami membeli gelato, nyam... lumayan juga.

Waktu pertemuan sudah tiba, grup kembali berkumpul untuk makan siang. Saat perjalanan menuju restoran, kami melewati semacam pasar, penjualnya menggunakan mobil.
Tiba di restoran ada sedikit masalah, rupanya pemesanan tempat yang dilakukan oleh agen tidak diterima pihak restoran. Setelah akhirnya menelepon ulang ke agen yang memesan, dan pembicaraan panjang dengan pihak restoran kami pun mendapat tempat duduk. Menu yang disajikan adalah makanan yang mudah dan cepat dimasak, karena perut sudah lapar dan lelah menunggu kami pun makan dengan cukup lahap.

pasar

Usai makan siang, perjalanan kembali dilanjutkan menuju kota Pisa yang terkenal dengan menara miringnya.
Entah kenapa rasanya mengantuk sekali, sehingga tertidur sepanjang perjalanan.
Tiba di Pisa kembali kami membayar pajak wisata, lalu menuju tempat parkir bis karena tidak diizinkan menurunkan penumpang di dekat menara Pisa. Untuk itu pemerintah sudah menyediakan bis gratis khusus dari tempat parkir ke menara, ke lokasi wisata, dengan bis terakhir pukul 7 malam.
Di depan kompleks menara Pisa banyak sekali penjual cindera mata, juga orang-orang afrika yang menggelar dagangan. Salah satunya menjual tas-tas bermerk yang bajakan, rupanya bukan cuma mangga dua yang menjual tas aspal.

Menara miring Pisa sendiri mulai dibangun pada tahun 1173, yang sore hari itu berwarna keemasan ditimpa cahaya matahari.
Kompleks tempat menara miring ini berdiri disebut Piazza del Duomo atau Piazza dei Miracoli (Square of Miracles). Dalam kompleks terdapat Duomo (katedral), Baptistery (yang beratap kubah), dan Camposanto monumentale (monumental cemetery.
Sayangnya lagi-lagi waktu terbatas :( jadi tidak berkeliling di dalam gereja maupun naik ke atas menara.
menara miring pisa

Duomo

Baptistery

piazza dei duomo

Sudah waktunya untuk makan malam, dan kembali ke hotel untuk beristirahat.