Monday, October 26, 2009

Thayhwee di Jakarta & Lahirnya si 12

HLH thayhwee lagi...tanggal 17-18 Oktober 2009 di minggu yang lalu, kembali HLH menggelar Thayhwee di Jakarta bertepatan satu tahun setelah Thayhwee di Semarang.

Hari ke-1

Acara Thayhwee dimulai dengan pertemuan dilaksanakan di Mall Citra Land (CL). Rencana awal acara Thayhwee akan dihadiri oleh tamu-tamu di luar HLH yang tepatnya dimulai pada pukul 18.00, akan tetapi karena HLH ingin bercengkerama lebih lama maka untuk kalangan HLH acara dimulai pada siang hari di Pasar Senggol tepatnya food court di Mall CL. Seperti biasanya, kali ini kedatangan Gihu dan Jisiok dari Semarang membawa makanan yang dapat dinikmati oleh para sodara-sodari HLH.

Setelah acara makan dan berbincang-bincang yang tak lupa diisi dengan acara foto dadakan dari para juru foto HLH, dilanjutkan dengan acara foto keluarga besar HLH di studio yang tanpa dihadiri oleh sodara ke-4 dan sodara ke-5 yang sedang berada di luar kota. Kapan ya HLH bisa foto lengkap???

Setelah acara foto keluarga selesai, HLH kedatangan para bintang tamu yaitu Dmit dan Lee. HLH kemudian berkumpul di Dante Coffee Shop yang terletak di lantai dasar Mall Citra Land. Akan tetapi Jisiok tidak ikut berkumpul di sini melainkan langsung menuju Ambas untuk menemui para sesepuh cersil. Sedangkan acara di Dante tetap berlangsung seru apalagi di tempat inilah lahirnya sang adik ke-12.

Setelah puas bercengkerama di Dante, maka semua anggota HLH ditambah dengan Dmit dan Lee kecuali sodari ke-7 yang mempunyai acara lain menuju ke Ambas untuk berkumpul dengan Jisiok dan para sesepuh. Acara berkumpul di Ambas pun tak kalah serunya. Hari itu berakhir dengan cepat dan semuanya merasa lelah dan beristirahat diiringi dengan janji untuk bertemu lagi keesokan harinya untuk keluarga HLH.

Hari ke-2

Hari ini diawali dengan acara sarapan bakmi Acing bersama yang terletak di daerah Grogol. Kali ini sodara ke-4 bisa hadir dan ikut sarapan bersama. Akan tetapi tetap tanpa kehadiran sodara ke-5, sodari ke-7 dan sodari ke-9 yang berhalangan hadir dan sodara ke-8 yang pulang ke kampung halaman. Setelah sarapan bersama kami semua segera menuju ke Glodok Pancoran tanpa kehadiran sodara ke-4 tentunya yang masih mempunyai acara lain.

Sebelum berangkat ke Glodok, tentunya kami mengantarkan sodara ke-3 ke travel agar sodara kami yang satu ini dapat kembali ke Bandung :p Ahhh...makin berkurang dah personil HLH. Di Glodok Pancoran inilah para HLH rela berpanas-panas ria untuk menemani Gihu dan Jisiok berburu cersil. Setelah selesai berburu cersil, acara dilanjutkan dengan nongkrong di Starbuck Mall Taman Anggrek sambil menunggu jam keberangkatan pesawat Gihu dan Jisiok yang akan kembali ke Semarang.

Di Mall TA ini kembali terjadi kehebohan di mana Gihu dan Jisiok membeli buku yang diterjemahkan oleh sodari ke-11 dan sodari ke-11 harus menandatanganinya yang untungnya tidak diminta cap bibirnya :p

Akhir kata, ketika tiba saatnya harus mengantarkan Gihu dan Jisiok ke bandara, kami semua mengantarkannya bersama-sama ke bandara. Akhir kata, akhirnya acara Thayhwee HLH bubar dan berakhir dengan lancar. Sampai bertemu lagi di Thayhwee berikutnya...

Friday, June 19, 2009

Bai Fa Mo Nv Zhuan

Bai Fa Mo Nv Zhuan (ost White Hair Bride)

柔情侠骨儿女命,

róu qíng xiá gǔ ér nǚ mìng

那堪爱起伏难定,

nà kān ài qǐ fú nán dìng

月落溪中照泪影,

yuè luo xī zhōng zhào lèi yǐng

随缘份去将爱重订,

suí yuán fèn qù jiāng ài zhòng dìng

尘俗未想去从命,

chén sú wèi xiǎng qù cóng mìng

时间正反是难定,

shí jiān zhèng fǎn shì nán dìng

十万青丝变白头,

shíwàn qīng sī biàn bái tóu

诉说出我心未平静,

sù shuō chū wǒ xīn wèi píng jìng

山外有山,世外有情

shān wài yǒu shānshì wài yǒu qíng

冷眼看世间衰与兴,

lěng yǎn kàn shì jiān shuāi yǔ xīng

剑论剑,刀比刀,

jiàn lùn jiàndāo bǐ dāo

笑傲山中风正高,

xiào ào shān zhōng fēng zhèng gāo

柔情热血总未平,

róu qíng rè xiě zǒng wèi píng

似梦境

sì mèng jìng


Arti:

cinta lembut seorang perempuan berjiwa pendekar,.

gejolak perasaan sukar ditenangkan,

rembulan dibalik permukaan empang menyinari bayangan air mata.

Kembali mengikuti jodoh, mengikat kembali tali kasih.

meninggalkan keramaian dunia, tidak mau pasrah pada nasib

Bagaimana pun nasib dunia sukar dipastikan.

Berlaksa lembar rambut hitam berubah memutih.

Siapa bilang perasaan hatiku tenang.

Diluar gunung ada gunung.

Diluar dunia terdapat cinta.

Menyaksikan sentosa dan lemahnya dunia.

Pedang melawan pedang.

Golok menandingi golok.

Bertawa angkuh dipuncak bukit nan tinggi.

Perasaan lembut darah mendidih tak pernah tenteram.

Bagai dalam alam impian

Perasaan lembut darah mendidih tak pernah tenteram.

Bagai dalam alam impian


Xi Shuo Ren Sheng (ost Assasination)

戏说人生------罗文 (ost Assasination)

xì shuō rén shēng------luō wén

风吹衣袖月上西楼昨夜的梦中

fēng chuī yī xiù yuè shàng xī lóu zuó yè de mèng zhōng

几番往事几番忧无人懂

jī fān wǎng shì jī fān yōu wú rén dǒng

你说你将要远游不需人相送

nǐ shuō nǐ jiāng yào yuǎn yóu bù xū rén xiāng sòng

留下今夜的梦中你和我

liú xià jīn yè de mèng zhōng nǐ hé wǒ

戏说人生有苦有甜到头依旧是空

xì shuō rén shēng yǒu kǔ yǒu tián dào tóu yī jiù shì kōng

没有分离何来相遇不必强求

méi yǒu fēn lī hé lái xiāng yù bù bì qiáng qiú

寻寻和觅觅冷冷又清清

xún xún hé mì mì lěng lěng yòu qīng qīng

不知下一站将驶向何方

bù zhī xià yī zhàn jiāng shǐ xiàng hé fāng

是是与非非不想再多问

shì shì yǔ fēi fēi bù xiǎng zài duō wèn

只愿每个有我的明天不再有泪

zhǐ yuàn měi gè yǒu wǒ de míng tiān bù zài yǒu lèi

只愿每个有我的明天不再有泪

zhǐ yuàn měi gè yǒu wǒ de míng tiān bù zài yǒu lèi

寻寻和觅觅冷冷又清清

xún xún hé mì mì lěng lěng yòu qīng qīng

不知下一站将驶向何方

bù zhī xià yī zhàn jiāng shǐ xiàng hé fāng

是是与非非不想再多问

shì shì yǔ fēi fēi bù xiǎng zài duō wèn

只愿每个有我的明天不再有泪

zhǐ yuàn měi gè yǒu wǒ de míng tiān bù zài yǒu lèi

只愿每个有我的明天不再有泪

zhǐ yuàn měi gè yǒu wǒ de míng tiān bù zài yǒu lèi


Arti:

Drama of life

angin menghembus lengan baju, bulan di atas paviliun barat, mimpi kemarin malam.

berulang kali terjadi berulang kali sedih tidak ada yang mengerti

Kau bilang kelak ingin pergi jauh mengembara tidak perlu ditemani.

hanya tersisa mimpi malam ini kau dan aku

Drama kehidupan ada yg pahit, ada yg manis pada akhirnya hampa juga

tdk ada perpisahan, perjumpaan di masa yg akan datang tdk perlu dipaksakan?

Mencari-cari, dingin dan sunyi

Tidak tahu siapa akan menjadi lawan di pertarungan yang akan datang

Benar atau salah, tidak ingin bertanya lebih banyak

Hanya berharap masa datang dimana ada aku, tidak akan ada lagi air mata

Hanya berharap masa datang dimana ada aku, tidak akan ada lagi air mata

Mencari-cari, dingin dan sunyi

Tidak tahu siapa akan menjadi lawan di pertarungan yang akan datang

Benar atau salah, tidak ingin bertanya lebih banyak

Hanya berharap masa datang dimana ada aku, tidak akan ada lagi air mata

Hanya berharap masa datang dimana ada aku, tidak akan ada lagi air mata

Jiang Hu Xiao

江湖笑 (ROCH '95) by Emil Chow

jiāng hú xiào

恩怨了ēn yuàn liao

人过招rén guo zhāo

笑藏刀xiào cáng dāo

红尘笑hóng chén xiào

笑寂寥xiào jì liáo

心太高xīn tài gāo

到不了dào bù liao

明月照míng yuè zhào

路迢迢lù tiáo tiáo

人会老rén huì lǎo

心不老xīn bù lǎo

爱不到ài bù dào

放不掉fàng bù diào

忘不了wàng bù liao

你的好nǐ de hǎo

看似花非花kàn sì huā fēi huā

雾非雾wù fēi wù

滔滔江水留不住tāo tāo jiāng shuǐ liú bù zhù

一身嚎情壮志铁傲骨

yī shēn háo qíng zhuàng zhì tiě ào gǔ

原来英雄是孤独yuán lái yīng xióng shì gū dú

江湖笑jiāng hú xiào

爱逍遥ài xiāo yáo

琴豁萧qín huo xiāo

酒来倒jiǔ lái dǎo

仰天笑yǎng tiān xiào

全忘了quán wàng liao

潇酒如风轻飘飘

xiāo jiǔ rú fēng qīng piāo piāo

爱或恨ài huo hèn

都不要doū bù yào


arti:

Dunia persilatan tertawa

Kebaikan dan permusuhan

Yang dihadapi manusia

Di balik senyuman tersembunyi golok

Mentertawakan dunia

Tertawa dalam kesunyian

Hati terlalu tinggi

Tidak sampai

Bayangan rembulan

Jalanan yang panjang

Manusia bisa tua

Hati tidak menjadi tua

Cinta tidak kesampaian

Tidak bisa melepaskan

Tidak bisa melupakan Kebaikanmu

Melihat seperti bunga tapi bukan bunga

Kabut bukan kabut

Gelombang sungai tak bisa ditahan

Berjiwa besar bercita-cita luhur

Memang pahlawan selamanya kesepian

Dunia persilatan tertawa

Cinta yang bebas dan tidak dikekang

Qin pecah dan suram

Arak dituangkan

Memandang ke langit tertawa

Semuanya terlupakan

Dalam dan jernih bagai angin Semilir berkibar

Cinta atau benci

Semuanya tak mau


Thursday, June 11, 2009

Negara Kelima



Judul: Negara Kelima
Pengarang: E.S Ito
Penerbit: Serambi
Tebal buku: 518 hal


Ibu kota Jakarta diguncang pembunuhan berantai kilat, hanya dalam tempo 48 jam 3 orang gadis remaja terbunuh. Pada tubuh salah satu korban ditemukan luka sayatan yg membentuk gambar piramid dengan belahan diagonal pada alasnya. Inspektur Satu Rudi Djatmiko yg menangani kasus ini juga terbunuh beberapa hari kemudian dan luka sayatan yang sama juga terdapat pada tubuhnya. Gambar sayatan ini mengarah kepada satu kelompok yg memang menggunakan simbol tersebut, kelompok teroris yg sedang naik daun dan menyebut dirinya ‘Kelompok Patriotik’, pihak kepolisian menambahkan kata ‘Radikal’ di belakangnya sehingga sering disingkat menjadi KePaRad.

Inspektur Satu Timur Mangkuto, salah satu anggota Detasemen Khusus Anti Teror, menjadi tersangka utama bocornya informasi kepolisian ke pihak KePaRad dan sekaligus tertuduh utama pembunuhan atas Inspektur Rudi yang juga adalah sahabat karibnya. Dalam usahanya menyingkap kebenaran dan membersihkan namanya, Timur Mangkuto menghadapi berbagai kenyataan yg menyulitkan, konspirasi tingkat tinggi di dalam tubuh kepolisian, ilmuwan yg mata duitan sampai kelompok anak muda yg tidak sabar akan kondisi ‘bobrok’ negara Indonesia saat ini dan memilih jalan radikal utk berusaha memperbaikinya. Timur Mangkuto juga harus memeras otak dalam memecahkan teka-teki KePaRad yg melingkupi sajarah awal Nusantara, motif penaklukan Alexander Agung sampai ke misteri tenggelamnya benua Atlantis.

Novel pertama E.S Ito ini bisa dikatakan sangat berani dengan mengambil cerita & latar belakang yg lebih luas ketimbang novel keduanya, Rahasia Meede, walaupun sama-sama berlandaskan sejarah, baik sejarah yg memang terjadi & tercatat maupun yg bersifat teori. Penguasaan akan sejarah & teori yg mendukung ini jelas memperlihatkan persiapan yg cukup matang dari penulis dalam menulis novel ini.

Dari awal cerita sudah terasa alur yg menjanjikan dan mengalir dengan cepat, membuat novel ini memberikan nuansa berbeda dari novel2 karya pengarang dalam negeri lainnya. Hanya sayang novel yg dibangun dengan alur cerita yg baik ini memiliki akhir yg terkesan [imho] dipaksakan sehingga menjadi antiklimaks dari ketegangan & kejutan yg ada di sepanjang cerita. Tapi secara keseluruhan Negara Kelima merupakan novel yg layak baca dan dikoleksi.

Rate: 3,5 of 5

Tuesday, June 9, 2009



Judul: The Conch Bearer - Keong Ajaib
Pengarang: Chitra Banerjee Divakaruni
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku: 272 hal


Anand, seorang anak lelaki berusia 12 tahun, tinggal di kota Kolkata bersama ibu dan seorang adik bernama Meera yang mengalami gangguan mental akibat menjadi saksi mata suatu peristiwa pembunuhan. Ditinggal oleh ayahnya yg mencari rejeki ke Timur Tengah namun tidak ada kabar sehingga harus membantu ibunya mencari rejeki dengan menjadi pembantu di kedai teh. Pemilik kedai teh yg bernama Haru memperlakukan Anand dengan sangat buruk. Makian, tamparan dan upah yg sangat rendah hanya sebagian kecil cerita sedih yg dialami Anand, tapi apa boleh buat, keluarganya membutuhkan uang tambahan dan hanya itu yg bisa ia kerjakan selain terus menerus memohon datangnya keajaiban yg dapat memperbaiki keadaan keluarganya.

Segalanya berubah ketika Anand memberikan jatah makan siangnya, yg sebetulnya sangat tidak pantas dimakan, kepada seorang tua yg terlihat kelaparan dan lebih miskin darinya. Orang tua yg kemudian diketahui bernama Abhaydatta tersebut ternyata adalah anggota dari kelompok Persaudaraan Penyembuh yg bertugas membantu orang2 di seluruh dunia dari belakang layar dengan kekuatan magis yg dimiliki oleh para anggotanya. Kelompok ini dibantu oleh sebuah benda ajaib berupa keong yg diyakini dapat memperkuat kemampuan para Penyembuh. Sayangnya keong ini dicuri oleh salah satu dari anggota mereka sendiri yg bernama Surabhanu. Saat bertemu Anand, Abhaydatta baru saja berhasil merebut kembali keong tersebut dan sedang dalam perjalanan kembali ke tempat Persaudaraan di suatu tempat bernama Lembah Perak yg berlokasi di pegunungan Himalaya. Abhaydatta mengajak Anand bergabung dan bertugas sebagai pengecoh apabila Surabhanu & pengikutnya dapat menemukan & berusaha merebut kembali keong ajaib tersebut. Bersama dengan seorang gadis bernama Nisha yg tidak jelas asal-usulnya, mereka bertiga memulai perjalanan dengan misi mengembalikan keong ajaib ke tempat asalnya di Lembah Perak.

Novel fiksi fantasi ini dapat dikategorikan sebagai bacaan anak-anak/ remaja, dapat dilihat dari ukuran font yg digunakan juga pesan-pesan yang terselip di dalamnya. Membaca novel ini serasa membaca cerita Harry Potter digabungkan dengan cerita Lord of the Ring diringkas menjadi sebuah novel 272 halaman. Tokoh Surabhanu dapat dibilang mirip dengan karakter Voldemort di Harry Poter, kisah persaudaraan pembawa keong (Brotherhood of the Conch) ini juga jelas sangat mirip dengan persekutuan pembawa cincin di Lord of the Ring (Fellowship of the Ring).

Pada awalnya tidak ada yg menjanjikan dari novel ini selain penceritaan lokasi-lokasinya yg unik. Mulai dari Kolkata yg hiruk pikuk, kota industri Koila Ganj yg berdebu, melintasi berbagai dataran gersang & sungai liar menuju lembah rahasia di atas pegunungan Himalaya. Namun sejalan dengan bergulirnya cerita ternyata cukup banyak kejutan-kejutan yg diberikan. Masalah yg dihadapi tidak hanya sebatas pertempuran kebaikan melawan kejahatan, tidak hanya sebatas masalah mengembalikan keong ke tempatnya, namun terus bergulir seiring dengan pergulatan batin Anand dalam menentukan pilihan jalan hidupnya bahkan setelah misi terselesaikan. Pilihan antara kemuliaan atau persahabatan juga pilihan meraih cita-cita dari hati yg paling dalam atau kembali ke keluarga yg sangat dicintai merupakan contoh konflik pikiran yg harus dihadapi & dipecahkan oleh Anand sendiri. Dan jelas hal ini bukan pilihan yg mudah, bahkan untuk orang dewasa sekalipun.

Satu kutipan menarik dari kata-kata keong ajaib di penutup cerita, “…semua di alam semesta ini berkaitan. Seperti jalinan jaring laba-laba raksasa, kecuali bahwa jalinannya terbuat dari bahan yg paling indah, seperti benang-benang cahaya yg bernyanyi. Kadang hal-hal buruk -atau hal-hal yg tampak buruk- harus terjadi agar kesalahan-kesalahan di tempat lain bisa diperbaiki atau hal baik lainnya bisa terjadi.”

Catatan tambahan buku ini memenangkan penghargaan Best Children Book of the Year 2003 dari Publishers Weekly.

Rate: 3,75 of 5

Monday, June 8, 2009

Rahasia Meede




Judul: Rahasia Meede - Misteri Harta Karun V.O.C
Pengarang: E.S Ito
Penerbit: Hikmah (Kelompok Mizan)
Tebal buku: 675 hal


Terjadi pembunuhan berantai yg mengguncang Jakarta sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia. Satu per satu korban berjatuhan dan sejauh ini hanya ada 2 hal yg menjadi titik sambung keterkaitan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya, nama tempat kejadian dan pesan tertulis yg muncul dari si pembunuh kepada keluarga korban maupun di lokasi kejadian.

Hal yg pertama adalah seluruh korban dibunuh di tempat2 yg berawalan huruf ”B”, mulai dari Bukittinggi di Sumatra Barat sampai di Brussels, Belgia. Hal yg kedua adalah pesan dari si pembunuh yg berisi masing-masing salah satu dari 7 dosa sosial yg dikemukakan oleh Mahatma Gandhi.

Dalam waktu yg hampir bersamaan sekelompok peneliti dari Belanda yg tergabung dalam Yayasan Oud Batavie mencoba mencari & menyingkap cerita tentang De Ondergronse Stad alias kota bawah tanah yg diyakini berada di bawah daerah Kota Tua Jakarta dengan pintu masuk di bawah Museum Sejarah Jakarta.

Kedua cerita tersebut menjadi pembuka novel ini. Dari kejadian-kejadian yg sepertinya tidak berkaitan penulis berhasil menyatukannya menjadi jalinan cerita yg sangat menarik dan penuh kejutan bagi pembacanya.
Di bab-bab awal cerita berloncatan, bukan hanya dari lokasi dan tokoh yg berbeda tapi juga dari jaman yg berbeda, mulai dari jaman penjajahan, perjuangan, pra kemerdekaan sampai ke era modern saat ini. Tapi loncatan-lonacatan ini justru terasa menarik dan menambah daya tarik cerita. Pembaca akan disuguhi berbagai macam latar belakang cerita dengan selipan kejutan2 yg mencengangkan. Wartawan yang sedang memburu berita, peneliti yg mencoba menyingkap sejarah, guru yg mengajar anak-anak kaum marjinal dan seorang buronan yg dicap sebagai dedengkot kelompok teroris hanyalah sebagian dari arus cerita berbeda yg mengalir ke muara yg sama, yakni pencarian harta karun V.O.C.

Beberapa lokasi yg menjadi bagian cerita juga dapat dikatakan sebagai lokasi-lokasi yg ‘tidak biasa’ ditemukan atau kita baca dalam keseharian. Mulai dari Boven Digoel di Papua, pedalaman Mentawai di Sumatera sampai ke perkebunan pala di Kepulauan Banda diceritakan dengan sangat detail dan berhasil memancing imajinasi pembaca, baik dari sisi misteri maupun eksotisme lokasi-lokasi tersebut.

Buku ini juga dapat menjadi buku pelengkap pengetahuan akan sejarah kelam penjajahan Belanda di Indonesia. Banyak cerita menarik yg sulit ditemui dalam buku pelajaran standar kurikulum pendidikan nasional kita. Informasi berlatar belakang sejarah ini dapat menjadi bukti bahwa buku ini digarap bukan asal jadi tapi dengan persiapan yg memadai. Dapat dikatakan E.S Ito berhasil merangkai cerita ini menjadi salah satu novel thriller sejarah yang sangat menarik utk dibaca.

Rate: 4 of 5

Friday, May 22, 2009

Kapal Layar Panca Warna




Judul: Misteri Kapal Layar Pancawarna
Pengarang: Gu Long/ Khu Lung
Penyadur: Gan KL
Penerbit: Pantja Satya, Semarang

Jing-ho Liu Siong, Siang-goan Tio Jit-hong, Pat-sian-kiam Li Jing-hong, Pat-jiu-pio Kim Ta1-hui, nama-nama ini bukan nama sembarangan di rimba persilatan tapi dalam sehari mereka semua tewas di tangan orang yang sama dengan luka yang sama pula, satu garis darah mulai dari kening terus menurun melalui hidung, bibir, tenggorokan hingga dada, garis darah itu tepat di tengah-tengah tubuh mereka. Identitas pembunuhnya tidak jelas, hanya diketahui orang ini mengenakan baju putih dan memiliki ilmu pedang yang mengerikan. Akhirnya datang juga giliran Pek Sam-kong, seorang pendekar kenamaan yang dihormati, untuk disambangi si baju putih (belakangan diistilahkan dg Pek Ih-jin/ manusia berbaju putih). Pertempuran tidak dapat dihindari dan seperti rekan-rekannya yang lain Pek Sam-kong juga harus menelan pil pahit kekalahan, hanya saja sebelum bertarung dia sempat meninggalkan pesan dan tugas kepada delapan orang muridnya. Murid pertama s.d ke tujuh diharuskan berangkat ke tujuh perguruan ternama dan menuntut ilmu di sana, sedangkan murid ke delapan, Oh Put-jiu, justru mendapat tugas yang paling berat. Ia diminta menyelamatkan cucu semata wayang Pek Sam-kong yang bernama Pui Po-giok serta mencari Nahkoda Kapal Layar Panca Warna dengan membawa sepotong ranting yang menunjukan kehebatan ilmu pedang Pek Ih-jin. Hanya Nahkoda Kapal Layar Panca Warna yang diharapkan dapat mencegah badai yang akan menimpa rimba persilatan.

Itulah ringkasan awal kisah pembuka tjersil Misteri Kapal Layar Pancawarna (selanjutnya disingkat MKLP), sebuah tjersil karya Gu Long. Sama seperti kisah Pendekar Binal, tokoh di MKLP juga diceritakan sejak masih kecil dan belum memiliki kemampuan silat yang hebat, hal yang bisa dibilang di luar kebiasaan Gu Long, dimana biasanya tokoh karangannya diceritakan sudah memiliki ilmu yang tinggi sejak awal cerita. Hanya memang proses tokoh utama menjadi pendekar berilmu tinggi di MKLP tidak diceritakan secara detail.

Cerita berjalan sangat menarik, penuh dengan kejadian-kejadian aneh dan misterius khas Gu Long, intrik-intrik terselubung dan persekongkolan yang memancing rasa penasaran, tokoh-tokoh dengan karakter yang tidak kalah menarik, juga tentunya tidak ketinggalan, pertempuran-pertempuran tingkat tinggi. Hanya sayangnya cerita yang sudah dibangun demikian menarik harus diakhiri dengan terlalu singkat, jadi terasa ada yang kurang ketika menutup lembar terakhir cerita ini. Tapi secara keseluruhan MKLP merupakan suatu bacaan menarik dan tergolong wajib bagi penggemar tjersil, terutama bagi penggemar Gu Long.

Rate: 4 of 5

Thursday, January 15, 2009

Hari Kedua di Bandung...

Hari kedua di Bandung...

Mari kita bernyanyi sejenak, tarik napassss...mulai!!!
"Bangun tidur ku terus mandi...tidak lupa menggosok gigi..."

Sepenggal lirik di atas bisa menggambarkan sekilas apa yang terjadi pagi itu. Setelah selesai berbasuh ria, semuanya sudah rapi jali dan siap berangkat untuk mencari sarapan. Sarapan pagi yang di tuju adalah Kupat Tahu Gempol *Gempol menunjukkan lokasi*. Padahal malam sebelumnya sudah bertanya jalan pada 3 tetapi masih salah pengertian akhirnya salah arah, kembali Jalan Tuhan yang dipilih. Tapi syukurlah akhirnya kami dapat tiba juga di tempat tujuan dan menikmati Kupat Tahu :p

Setelah selesai sarapan, kami pun mampir ke Lily's dan Kartika Sari untuk membeli oleh-oleh. "Gak boleh pulang dengan tangan kosong, harus membawa upeti. Kalo tidak, bakal tau akibatnya..." Kata-kata inilah yang menjadi pegangan beberapa anggota HLH sebelum cabut dari Bandung.

Setelah selesai membeli oleh-oleh kami pun kembali ke Wisma Nova. Di Wisma Nova kami pun kembali nongkrong di ruang duduk sambil menunggu kedatangan 3. Tak terasa waktu berlalu dengan cepat, Jisiok yang berencana untuk berangkat jam 10.00 malah mulur sampai jam 11.00 lewat. Akhirnya harus berpisah jua dengan Jisiok, tiada pertemuan tanpa perpisahan. Setelah melakukan check-out kami pun berpisah menuju tujuan masing-masing.

Jisiok yang pulang ke Semarang sedangkan kami masih berburu oleh-oleh dan nongkrong lagi karena jam kepulangan kami ke Jakarta adalah jam 15.45 dan 16.15. Setelah berpisah dari Jisiok, kami pun segera menuju ke Prima Rasa untuk membeli oleh-oleh. Dari Prima Rasa kami pun meluncur ke Mie Rica untuk makan siang. Hujan mulai turun meskipun tidak deras. Saat kami tiba di Mie Rica hujan berhenti akan tetapi setelah kami duduk, hujan kembali turun.

Selesai makan, kami kembali membeli oleh-oleh di Amanda. Setelah itu kami nongkrong di Food Court dikarenakan hujan yang turun dengan derasnya sambil menunggu jam kepulangan kami ke Jakarta. Tak terasa cukup lama juga kami nongkrong sambil menunggu hujan berhenti. Tak lupa sebelum kami meninggalkan Food Court kami sempat menikmati kembang tahu.

Ketika jam telah mendekati jam kepulangan kami, maka kami pun segera berangkat ke Cipaganti BTC dengan diantar oleh 3. 11 pulang tujuannya adalah Bekasi dengan jam keberangkatan 15.45 sedangkan kami *5, 6 dan 10* pulang yang tujuannya Grogol dengan jam keberangkatan 16.15. Di Cipaganti BTC yang tujuan Grogol, kami sempat ditawarkan untuk mengganti jam keberangkatan menjadi 15.15 akan tetapi kami menolaknya. Akhirnya tiba juga saatnya 11 harus berangkat lebih dulu dan tak lama kemudian kami pun berangkat meninggalkan 3.

Dahhh...inilah hasil ringkasan perjalanan ke Bandung...

Wednesday, January 14, 2009

Menuju Bandung dengan Jalan Tuhan...

Sabtu kemarin tgl 10 Januari 2009 kembali beberapa anggota HLH berkelana. Kali ini tujuannya adalah Bandung. Rencana pengembaraan ke Bandung ini dengan maksud dan tujuan untuk menghadiri undangan pernikahan adik dari si nomor 3. Anggota HLH yang berangkat dipimpin oleh Jisiok kemudian diikuti oleh 5, 6, 10 dan 11. Markas besar untuk berkumpul sebelum keberangkatan ke Bandung adalah di rumah 6. Sekitar jam 09.00-an lewat hampir mendekati jam 10.00 5, 10 dan 11 sudah tiba di rumah 6 yang kemudian dilanjutkan dengan acara sarapan pagi Bakmi Lily tanpa kehadiran Jisiok dikarenakan Jisiok sedang dalam perjalanan menuju ke rumah 6. Setelah Jisiok tiba di rumah 6, dengan menenteng Cakwee tersisa yang dibeli oleh 5, kami pun kembali ke rumah 6 dan bersiap-siap untuk berangkat.

Di dalam perjalanan menuju Bandung banyak hal yang dibicarakan dan tanpa terasa kami pun tiba di Bandung. Tiba di Bandung jam sudah menunjukkan pukul 13.00 lewat. Kami pun berniat mencari tempat makan dan diputuskan untuk makan di Bumbu Desa. Setelah menelpon untuk tanya sana sini letak Bumbu Desa akhirnya kami pun tiba di Bumbu Desa yang ternyata terletak di Jalan Pasir Kaliki.

Suasana di Bumbu Desa sangat enak dan makanannya pun enak. Satu hal yang sangat mendukung suasana adalah tempat duduknya yang lesehan. Di saat sedang makan tak lupa agen 8 mampir juga. Duhhh...jauh-jauh ke Bandung tidak lepas juga dari agen 8. Betah dengan suasana dan semilir angin yang sepoi-sepoi, tak terasa kami sudah nongkrong sampai jam 15.00 lewat. Bahkan pelayan restoran sudah bolak balik kami mintai tambah teh dan akhirnya meletakkan satu poci tinggi tehnya untuk kami tuang sendiri. Pada akhirnya poci itu juga kosong dan pelayannya bahkan menawarkan untuk menambah teh lagi. Busyet dahhh...makan aja gak selama itu, nongkrongnya yang lama euyyy...

Dari Bumbu Desa kami pun berencana menuju ke Wisma Nova, nahhh...akhirnya perjuangan di mulai juga nih. Ternyata jalanan Bandung itu seperti maze di mana bila kita sudah salah arah misalnya ke kiri, apabila kita belok ke kiri terus tetap tidak akan menemukan jalan semula malah jalan lain yang ditempuh. Di sinilah kami mulai memilih Jalan Tuhan apabila kami sudah salah arah. Jalan Tuhan yang dimaksud di sini adalah jalan lurus ke depan hehehe...Setelah muter-muter kurang lebih hampir satu jam akhirnya kami pun tiba di Wisma Nova.

Setelah melakukan check-in, kami pun bersantai di ruang duduk Wisma Nova sambil menikmati kopi dan teh. Eitsss...teh ini cuma dinikmati oleh 5 sedangkan yang lain minumnya kopiii yang ternyata malah tidak terasa kopi malah lebih terasa manisnya...Ketika jam menunjukkan pukul 17.00 maka kami pun bersiap-siap untuk mulai menghadiri pesta adik 3 di restoran Phoenix yang berada di jalan Sudirman.

Kali ini kami berangkat ketika jam sudah hampir menunjukkan pukul 18.00. Perjuangan dengan Jalan Tuhan masih belum lepas dan masih menjadi pegangan kami. Ditambah lagi setelah 5 bertanya jalan pun masih tidak dapat menunjukkan jalan Sudirman dan kami masih harus menempuh Jalan Tuhan. Syukurlah akhirnya kami pun dapat tiba di pesta adik 3 dengan Jalan Tuhan. Di pesta kami hanya mampir sebentar tanpa menikmati hidangannya dan setelah sempat bertemu dengan 3, kami pun segera kabur dari pesta tentunya setelah pamit dengan 3 lewat sepupunya 3.

Kali ini tujuan kami adalah mencari makan yang enak di Bandung. Tujuan awalnya adalah steak tetapi dikarenakan beberapa orang yang dihubungi oleh Jisiok tidak dapat dihubungi akhirnya kami malah memutuskan untuk ke Ciwalk. Perjalanan menuju Ciwalk kali ini adalah perjalanan yang beraliran kiri karena Jalan Tuhan tidak dapat diterapkan untuk perjalanan ini. Dalam perjalanan menuju Ciwalk, Jisiok sempat berhasil menghubungi kenalan Bulim *katanya jangan pake nama, kasian...ya dah gak dipake nama*. Nahhh...kenalan inilah yang akhirnya bertemu dengan kami di Ciwalk dan memperkenalkan Warung Laos kepada kami. Makanan yang disajikan oleh Warung Laos adalah makanan Italia dengan menu utamanya pizza tipis.

Kami tidak berlama-lama di Warung Laos, hanya kurang lebih 1 jam saja. Kemudian kami memutuskan untuk melanjutkan nongkrong di ruang duduk Wisma Nova. Kali ini kami tidak perlu takut nyasar karena ada petunjuk jalan dari kenalan Bulim. Begitu tiba di Wisma Nova, kami pun melanjutkan obrolan dan diselingi dengan kedatangan tokoh Bulim lainnya dan juga diselingi oleh kedatangan 3 yang telah selesai acara pestanya. Obrolan berlangsung sampai dini hari menjelang jam 02.00 pagi. Setelah para tetamu pamit pulang kami pun menuju kamar kami dan mulai bersiap-siap untuk beristirahat.

Ya...tidur dulu deh...lanjutannya besok aja yakkk!!!

Tuesday, January 13, 2009

Pendekar Binal




Judul: Pendekar Binal (Trilogy)
Penulis: Gu Long
Penerjemah: Gan KL

Cerita Pendekar Binal yang terbit di Indonesia, sesuai tertulis di atas, terdiri dari 3 bagian (trilogy), yaitu Pendekar Binal, Bakti Binal & Bahagia Binal.

Menceritakan sepasang saudara kembar sebagai tokoh utamanya. Walaupun kembar mereka dipisahkan oleh nasib sehingga tumbuh di tempat yg sangat berbeda juga memiliki karakter yg bertolak belakang.

Kang Siau-hi (sering disebut Siau-hi-ji) tumbuh di sarang penjahat, Ok-jin-kok, yg merupakan tempat persembunyian para penjahat kelas kakap di dunia persilatan memiliki sifat riang cenderung iseng, walaupun memiliki ilmu silat yang hanya bisa dibilang lumayan namun memiliki otak super-duper-cerdas. Sedangkan Hoa Bu-koat tumbuh di istana Ih-hoa-kiong yg didiami oleh 2 orang putri yang digambarkan sakti namun berhati dingin dan telengas (seneng bener bisa pake istilah ini ) terhadap lawan2nya. Berbeda dengan saudara kembarnya Hoa Bu-koat bersifat tenang dan serius. Ia memiliki ilmu silat yang luar biasa, termasuk seorang jago muda papan atas pada saat itu.

Cerita ini merupakan salah satu masterpiece Gu Long. Dari awal kita sudah mengetahui hubungan kedua saudara kembar tersebut juga bagaimana awal mula mereka terpisah sehingga bisa dibilang hal ini bukanlah rahasia yang menjadi klimaks cerita, namun proses bagaimana keduanya kelak berhasil mengetahui asal muasal dan hubungan mereka itulah yg menjadi kekuatan cerita yang sesungguhnya. Penuh dengan pertarungan, baik dengan adu jurus2 kelas tinggi maupun adu cerdik dengan otak.

Banyak juga bagian dari cerita ini yang menggambarkan sisi manusiawi tokoh-tokohnya. Bagaimana Siau-hi-ji berhasil tetap mempertahankan kebaikan hatinya walaupun tumbuh di tengah kaum penjahat, bagaimana kesepian yang dihadapi seorang Hoa Bu-koat padahal ia adalah salah seorang pendekar muda ternama yg bisa dibilang memiliki segalanya, bagaimana bimbangnya Thi Sim-lan (salah seorang tokoh wanita di cerita ini) menghadapi kenyataan bahwa perasaannya terjebak di antara kedua pemuda ini dan masih banyak lagi cerita luar biasa seputar tokoh-tokoh dalam cerita ini. Kesimpulan akhir dari cerita ini adalah kebenaran akan terbuka pada akhirnya.

Rating: 5 of 5