Thursday, January 15, 2009

Hari Kedua di Bandung...

Hari kedua di Bandung...

Mari kita bernyanyi sejenak, tarik napassss...mulai!!!
"Bangun tidur ku terus mandi...tidak lupa menggosok gigi..."

Sepenggal lirik di atas bisa menggambarkan sekilas apa yang terjadi pagi itu. Setelah selesai berbasuh ria, semuanya sudah rapi jali dan siap berangkat untuk mencari sarapan. Sarapan pagi yang di tuju adalah Kupat Tahu Gempol *Gempol menunjukkan lokasi*. Padahal malam sebelumnya sudah bertanya jalan pada 3 tetapi masih salah pengertian akhirnya salah arah, kembali Jalan Tuhan yang dipilih. Tapi syukurlah akhirnya kami dapat tiba juga di tempat tujuan dan menikmati Kupat Tahu :p

Setelah selesai sarapan, kami pun mampir ke Lily's dan Kartika Sari untuk membeli oleh-oleh. "Gak boleh pulang dengan tangan kosong, harus membawa upeti. Kalo tidak, bakal tau akibatnya..." Kata-kata inilah yang menjadi pegangan beberapa anggota HLH sebelum cabut dari Bandung.

Setelah selesai membeli oleh-oleh kami pun kembali ke Wisma Nova. Di Wisma Nova kami pun kembali nongkrong di ruang duduk sambil menunggu kedatangan 3. Tak terasa waktu berlalu dengan cepat, Jisiok yang berencana untuk berangkat jam 10.00 malah mulur sampai jam 11.00 lewat. Akhirnya harus berpisah jua dengan Jisiok, tiada pertemuan tanpa perpisahan. Setelah melakukan check-out kami pun berpisah menuju tujuan masing-masing.

Jisiok yang pulang ke Semarang sedangkan kami masih berburu oleh-oleh dan nongkrong lagi karena jam kepulangan kami ke Jakarta adalah jam 15.45 dan 16.15. Setelah berpisah dari Jisiok, kami pun segera menuju ke Prima Rasa untuk membeli oleh-oleh. Dari Prima Rasa kami pun meluncur ke Mie Rica untuk makan siang. Hujan mulai turun meskipun tidak deras. Saat kami tiba di Mie Rica hujan berhenti akan tetapi setelah kami duduk, hujan kembali turun.

Selesai makan, kami kembali membeli oleh-oleh di Amanda. Setelah itu kami nongkrong di Food Court dikarenakan hujan yang turun dengan derasnya sambil menunggu jam kepulangan kami ke Jakarta. Tak terasa cukup lama juga kami nongkrong sambil menunggu hujan berhenti. Tak lupa sebelum kami meninggalkan Food Court kami sempat menikmati kembang tahu.

Ketika jam telah mendekati jam kepulangan kami, maka kami pun segera berangkat ke Cipaganti BTC dengan diantar oleh 3. 11 pulang tujuannya adalah Bekasi dengan jam keberangkatan 15.45 sedangkan kami *5, 6 dan 10* pulang yang tujuannya Grogol dengan jam keberangkatan 16.15. Di Cipaganti BTC yang tujuan Grogol, kami sempat ditawarkan untuk mengganti jam keberangkatan menjadi 15.15 akan tetapi kami menolaknya. Akhirnya tiba juga saatnya 11 harus berangkat lebih dulu dan tak lama kemudian kami pun berangkat meninggalkan 3.

Dahhh...inilah hasil ringkasan perjalanan ke Bandung...

Wednesday, January 14, 2009

Menuju Bandung dengan Jalan Tuhan...

Sabtu kemarin tgl 10 Januari 2009 kembali beberapa anggota HLH berkelana. Kali ini tujuannya adalah Bandung. Rencana pengembaraan ke Bandung ini dengan maksud dan tujuan untuk menghadiri undangan pernikahan adik dari si nomor 3. Anggota HLH yang berangkat dipimpin oleh Jisiok kemudian diikuti oleh 5, 6, 10 dan 11. Markas besar untuk berkumpul sebelum keberangkatan ke Bandung adalah di rumah 6. Sekitar jam 09.00-an lewat hampir mendekati jam 10.00 5, 10 dan 11 sudah tiba di rumah 6 yang kemudian dilanjutkan dengan acara sarapan pagi Bakmi Lily tanpa kehadiran Jisiok dikarenakan Jisiok sedang dalam perjalanan menuju ke rumah 6. Setelah Jisiok tiba di rumah 6, dengan menenteng Cakwee tersisa yang dibeli oleh 5, kami pun kembali ke rumah 6 dan bersiap-siap untuk berangkat.

Di dalam perjalanan menuju Bandung banyak hal yang dibicarakan dan tanpa terasa kami pun tiba di Bandung. Tiba di Bandung jam sudah menunjukkan pukul 13.00 lewat. Kami pun berniat mencari tempat makan dan diputuskan untuk makan di Bumbu Desa. Setelah menelpon untuk tanya sana sini letak Bumbu Desa akhirnya kami pun tiba di Bumbu Desa yang ternyata terletak di Jalan Pasir Kaliki.

Suasana di Bumbu Desa sangat enak dan makanannya pun enak. Satu hal yang sangat mendukung suasana adalah tempat duduknya yang lesehan. Di saat sedang makan tak lupa agen 8 mampir juga. Duhhh...jauh-jauh ke Bandung tidak lepas juga dari agen 8. Betah dengan suasana dan semilir angin yang sepoi-sepoi, tak terasa kami sudah nongkrong sampai jam 15.00 lewat. Bahkan pelayan restoran sudah bolak balik kami mintai tambah teh dan akhirnya meletakkan satu poci tinggi tehnya untuk kami tuang sendiri. Pada akhirnya poci itu juga kosong dan pelayannya bahkan menawarkan untuk menambah teh lagi. Busyet dahhh...makan aja gak selama itu, nongkrongnya yang lama euyyy...

Dari Bumbu Desa kami pun berencana menuju ke Wisma Nova, nahhh...akhirnya perjuangan di mulai juga nih. Ternyata jalanan Bandung itu seperti maze di mana bila kita sudah salah arah misalnya ke kiri, apabila kita belok ke kiri terus tetap tidak akan menemukan jalan semula malah jalan lain yang ditempuh. Di sinilah kami mulai memilih Jalan Tuhan apabila kami sudah salah arah. Jalan Tuhan yang dimaksud di sini adalah jalan lurus ke depan hehehe...Setelah muter-muter kurang lebih hampir satu jam akhirnya kami pun tiba di Wisma Nova.

Setelah melakukan check-in, kami pun bersantai di ruang duduk Wisma Nova sambil menikmati kopi dan teh. Eitsss...teh ini cuma dinikmati oleh 5 sedangkan yang lain minumnya kopiii yang ternyata malah tidak terasa kopi malah lebih terasa manisnya...Ketika jam menunjukkan pukul 17.00 maka kami pun bersiap-siap untuk mulai menghadiri pesta adik 3 di restoran Phoenix yang berada di jalan Sudirman.

Kali ini kami berangkat ketika jam sudah hampir menunjukkan pukul 18.00. Perjuangan dengan Jalan Tuhan masih belum lepas dan masih menjadi pegangan kami. Ditambah lagi setelah 5 bertanya jalan pun masih tidak dapat menunjukkan jalan Sudirman dan kami masih harus menempuh Jalan Tuhan. Syukurlah akhirnya kami pun dapat tiba di pesta adik 3 dengan Jalan Tuhan. Di pesta kami hanya mampir sebentar tanpa menikmati hidangannya dan setelah sempat bertemu dengan 3, kami pun segera kabur dari pesta tentunya setelah pamit dengan 3 lewat sepupunya 3.

Kali ini tujuan kami adalah mencari makan yang enak di Bandung. Tujuan awalnya adalah steak tetapi dikarenakan beberapa orang yang dihubungi oleh Jisiok tidak dapat dihubungi akhirnya kami malah memutuskan untuk ke Ciwalk. Perjalanan menuju Ciwalk kali ini adalah perjalanan yang beraliran kiri karena Jalan Tuhan tidak dapat diterapkan untuk perjalanan ini. Dalam perjalanan menuju Ciwalk, Jisiok sempat berhasil menghubungi kenalan Bulim *katanya jangan pake nama, kasian...ya dah gak dipake nama*. Nahhh...kenalan inilah yang akhirnya bertemu dengan kami di Ciwalk dan memperkenalkan Warung Laos kepada kami. Makanan yang disajikan oleh Warung Laos adalah makanan Italia dengan menu utamanya pizza tipis.

Kami tidak berlama-lama di Warung Laos, hanya kurang lebih 1 jam saja. Kemudian kami memutuskan untuk melanjutkan nongkrong di ruang duduk Wisma Nova. Kali ini kami tidak perlu takut nyasar karena ada petunjuk jalan dari kenalan Bulim. Begitu tiba di Wisma Nova, kami pun melanjutkan obrolan dan diselingi dengan kedatangan tokoh Bulim lainnya dan juga diselingi oleh kedatangan 3 yang telah selesai acara pestanya. Obrolan berlangsung sampai dini hari menjelang jam 02.00 pagi. Setelah para tetamu pamit pulang kami pun menuju kamar kami dan mulai bersiap-siap untuk beristirahat.

Ya...tidur dulu deh...lanjutannya besok aja yakkk!!!

Tuesday, January 13, 2009

Pendekar Binal




Judul: Pendekar Binal (Trilogy)
Penulis: Gu Long
Penerjemah: Gan KL

Cerita Pendekar Binal yang terbit di Indonesia, sesuai tertulis di atas, terdiri dari 3 bagian (trilogy), yaitu Pendekar Binal, Bakti Binal & Bahagia Binal.

Menceritakan sepasang saudara kembar sebagai tokoh utamanya. Walaupun kembar mereka dipisahkan oleh nasib sehingga tumbuh di tempat yg sangat berbeda juga memiliki karakter yg bertolak belakang.

Kang Siau-hi (sering disebut Siau-hi-ji) tumbuh di sarang penjahat, Ok-jin-kok, yg merupakan tempat persembunyian para penjahat kelas kakap di dunia persilatan memiliki sifat riang cenderung iseng, walaupun memiliki ilmu silat yang hanya bisa dibilang lumayan namun memiliki otak super-duper-cerdas. Sedangkan Hoa Bu-koat tumbuh di istana Ih-hoa-kiong yg didiami oleh 2 orang putri yang digambarkan sakti namun berhati dingin dan telengas (seneng bener bisa pake istilah ini ) terhadap lawan2nya. Berbeda dengan saudara kembarnya Hoa Bu-koat bersifat tenang dan serius. Ia memiliki ilmu silat yang luar biasa, termasuk seorang jago muda papan atas pada saat itu.

Cerita ini merupakan salah satu masterpiece Gu Long. Dari awal kita sudah mengetahui hubungan kedua saudara kembar tersebut juga bagaimana awal mula mereka terpisah sehingga bisa dibilang hal ini bukanlah rahasia yang menjadi klimaks cerita, namun proses bagaimana keduanya kelak berhasil mengetahui asal muasal dan hubungan mereka itulah yg menjadi kekuatan cerita yang sesungguhnya. Penuh dengan pertarungan, baik dengan adu jurus2 kelas tinggi maupun adu cerdik dengan otak.

Banyak juga bagian dari cerita ini yang menggambarkan sisi manusiawi tokoh-tokohnya. Bagaimana Siau-hi-ji berhasil tetap mempertahankan kebaikan hatinya walaupun tumbuh di tengah kaum penjahat, bagaimana kesepian yang dihadapi seorang Hoa Bu-koat padahal ia adalah salah seorang pendekar muda ternama yg bisa dibilang memiliki segalanya, bagaimana bimbangnya Thi Sim-lan (salah seorang tokoh wanita di cerita ini) menghadapi kenyataan bahwa perasaannya terjebak di antara kedua pemuda ini dan masih banyak lagi cerita luar biasa seputar tokoh-tokoh dalam cerita ini. Kesimpulan akhir dari cerita ini adalah kebenaran akan terbuka pada akhirnya.

Rating: 5 of 5