Sunday, October 26, 2008

Eropa Hari Ke-10

11 Oktober 2008

Pisa - Rome

Roma tujuan terakhir dari perjalanan wisata ini. Jarak tempuh dari Pisa ke Roma cukup lama.
Sepanjang jalan kami hanya tidur, sekali-sekali memperhatikan jalan, rupanya banyak perbaikan jalan sedang dilakukan.

Saat makan siang kami sudah tiba di pinggir kota Roma. Untuk menghindari kemacetan dan agar lebih menghemat waktu diputuskan untuk makan di tempat istirahat di pinggir jalan Tol.
Kali ini berkesempatan mencicipi makanan Itali. Kami memesan Lasagna, Fettucini dengan tomato sauce serta salmon.
Setelah membayar di kasir, makanan dihangatkan di microwave. Lasagna-nya tidak terlalu mahal harganya € 4,30, porsinya cukup mengenyangkan, dengan rasa yang enak. Fettucini diberi saus bolognaise, harganya lebih mahal dari Lasagna, tapi
tidak berbeda jauh. Nah kalau ikan salmonnya cukup mahal sekitar € 10, dengan rasa yang biasa saja. Selesai makan kami mencicipi kue coklat sebagai makanan penuntup, harganya € 3,5. Meski cuma makan di kafetaria di pinggir tol, namun
kesempatan menikmati masakan Itali di negeri asal ini sudah cukup menggembirakan, mengingat biasanya hanya menelan Chinese Food.

Matahari bersinar sangat terang, namun semilir angin dingin cukup menyejukan. Perjalanan pun dilanjutkan dengan perhentian pertama di kota Vatikan.
Kami disambut dengan local guide, kali ini pemandu wisata lokalnya sangat ramah dengan cara bicara yang teatrikal.
Tiba di depan St. Peter's Basilica, tampak dua orang tentara berdiri di gerbang dengan seragam yang unik. Rupanya itu Swiss Guard yang disewa oleh Vatikan untuk menjaga keamanan. Seragamnya yang cukup aneh untuk zaman sekarang itu merupakan
rancangan Michaelangelo. Berbicara tentang Vatikan pastilah akan diingatkan tentang maestro yang satu itu. Karena kubah gereja tempat paus berada itu hasil rancangannya. Serta patung La Pieta, yang menunjukkan Maria sedang memangku Yesus setelah penyaliban merupakan hasil karyanya, di tempatkan di dalam gereja.
Saat kami datang tampak banyak kursi yang sudah disusun rapi, di depan gereja digantung lukisan 4 orang. Karena hari minggu keesokan harinya akan ada acara misa.
Swiss Guard, seragamnya cerah ya...

St Peter's Basilica

Obelisk juga



Antrian untuk masuk ke dalam gereja cukup panjang, di pintu terdapat pemeriksaan ketat menggunakan logam detektor, serta pengecekan barang bawaan.
Bagian dalam gereja sangat luas dan terang berbeda dengan Gothic Church Koln, di sisi kanan pintu masuk patung La Pieta yang dilindungi kaca tebal dikerumuni pengunjung.
Gereja terbuat dari batu pualam, pilar-pilar yang menjulang tinggi dengan patung-patung bertebaran di setiap sudut. Ukiran di langit-langit dicat warna emas.
Rasanya belum puas berkeliling St. Peter Basilica, kami harus melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya.





Hari itu ada demo buruh sehingga jalanan menuju Colosseum ditutup, untunglah ada local guide yang memberi petunjuk jalan alternatif. Namun ini juga merupakan kesempatan bagus karena bisa melihat-lihat kota Roma meski dari dalam bus.
Roma merupakan kota tua, dan itu tampak dari bangunan-bangunan yang ada di kota lama ini. Semua bangunan rata-rata berusia ratusan tahun dengan jalan-jalan sempit. Bangunan tinggi di kiri-kanan jalan sempit itu memberikan keteduhan pada musim panas. Kebanyakan jalanan bukan dari aspal melainkan susunan batu-batu, tampak sangat kuat. Setiap beberapa saat kami melihat gereja, ada banyak gereja di sini.




Setelah berputar-putar, akhirnya tiba di Colosseum, bangunan yang usiannya hampir 2000 tahun ini mulai dibangun sekitar tahun 70-72 masehi. Dengan panjang 189 meter, lebar 156 meter serta tinggi 48 meter semua terbuat dari batu. Sulit dibayangkan bagaimana bangsa Romawi membuat bangunan semegah ini di zaman dulu. Mengagumkan, di tempat inilah para gladiator bertarung mengadu jiwa diiringi sorak-sorai penonton.
Namun rupanya demo buruh itu berlangsung di Colosseum ini, kami berkesempatan melihat demo ala Itali. Karena demo inilah, wisatawan tidak bisa masuk ke dalam kompleks Colosseum untuk melihat lebih dekat.
Di samping Colosseum ada semacam gerbang namanya Arco di Constantino (Arc of Constantine) dibangun tahun 315 Masehi dengan tinggi 25 meter. Gerbang ini dilihat mirip dengan Arc d'Triomphe di Paris. Sepertinya gerbang inilah yang mengilhami
Napoleon membangun Arc d'Triomphe.

Colosseum
Arc of Constantine

Selanjutnya melihat Trevi Fountain yang didesain oleh Nicola Salvi pada tahun 1762, dengan patung Neptunus di tengahnya.
Orang-orang bilang jika kita melempar koin melalui bahu kiri maka kita akan kembali lagi ke Roma. Tentu kami pun melempar koin, siapa tahu memang kembali lagi ke Roma, ditambah lagi masih banyak tempat yang belum dikunjungi, semoga benar-benar terjadi.
Pengunjung Trevi Fountain ini sangat banyak. Di dekat Trevi ada orang yang mengenakan pakaian Romawi zaman dulu, jika ada yang ingin foto bersama tentu harus membayar.



Trevi Fountain

Setelah itu kami langsung berjalan kaki menuju Spanish Steps, tempat nongkrong orang-orang Roma pada akhir pekan. Kebetulan ini hari Sabtu dan memang benar Spanish Step ramai luar biasa. Kalau terpisah dari teman seperjalanan akan sangat sulit mencarinya, suasana ini cocok untuk foto 'where is waldi?'
Dekat dari Spanish Step ini merupakan pusat perbelanjaan mewah. Sepanjang jalan tampak toko-toko macam Louis Vuitton, Prada, Bvlgari, Gucci dan kawan-kawan.
Pejalan kaki memenuhi jalanan baik wisatawan maupun penduduk lokal. Lelah sehabis melihat-lihat, kami kembali ke Spanish Step duduk di anak tangganya sambil makan es krim. Rasa es krimnya sangat enak, lembut, manisnya pas.




Malam ini kami makan masakan Thai, tiba di restoran ternyata juga menjual masakan Indonesia dan Malaysia. Sambutan di restoran ini sangat baik, pelayannya ramah yang rupanya orang Indonesia asal Yogya.
Makanannya pun lezat, ayam goreng, mie goreng, baso goreng, kuah tom yam kung dengan udang yang besar-besar, ikan goreng serta kangkung. Akhirnya bisa makan sayuran laen selain sawi putih dan kubis.
Resto ini juga memberikan red wine, dan minuman ringan seperti coca cola dan fanta. Meski tidak ada sambal Indonesia yang pedas dan nikmat, tapi bisa meminta cabe potong. Kali ini tidak mengalami kendala bahasa
dalam berkomunikasi dengan pelayan restoran.

Waktunya pulang ke hotel untuk merapikan semua barang bawaan, karena besok kami akan kembali ke Indonesia.
Perjalanan ke Eropa kali ini berakhir di Roma.
Suatu saat nanti pasti akan kembali ke Paris dan Roma, kalau bisa pergi sendiri jadi dapat mengunjungi obyek-obyek wisata yang ingin dilihat.

3 comments:

Unknown said...

Very fine......

mbahwiro said...

Kapan yaa gw ikutan keliling Eropa??

Novy-chan said...

Swiss Guardnya lucu banget seragamnya...coba difoto lebih dekat lagi, kalo gw pasti pengen foto bareng :D Dangdut bgt yah :P Anyway, Swiss is my dream country buat honeymoon ntar ntar gak tau kapan ^^;