Thursday, October 16, 2008

Eropa Hari Ke-3

4 Oktober 2008
Paris-Brussel-Amsterdam

Setelah sarapan kami berangkat dari Paris pukul 08.30, cuaca dingin dan berangin. Jalanan tidak terlalu padat, bus melaju dengan kecepatan maximal 100 km/jam mengikuti ketentuan kecepatan untuk bis yang berlaku di negara sana. Sementara di sisi kiri mobil-mobil melaju dengan kencang.
Motor pun ikut melaju di Freeway. Jalannya mulus, besar dan teratur, sehingga perjalanan panjang tidak terlalu melelahkan.
Lagi-lagi mengikuti aturan pemerintah sana, pengemudi bus harus istirahat setiap 2,5 jam (menurut tour guide kami), jadi kami berhenti di pom bensin, sekalian meluruskan kaki juga saatnya ke toilet.
Pom bensin ini masih di wilayah Prancis. Mini marketnya cukup besar, dan air mineral botol (1,5 liter) yang dijual termasuk murah hanya € 0,95 (termurah dari seluruh kota yang kami kunjungi )
Hawa dingin tentu enak bila minum yang hangat-hangat, kami pun minum kopi yang dibeli di vending machine, lumayan untuk menghangatkan tubuh.

iklan sarapan di resto Pom Bensin

Istirahat 15 menit membuat kaki sudah cukup lemas, siap untuk melanjutkan perjalanan.
Setiba di Brussel kami langsung mengunjungi Atomium. Bulatan-bulatan atom yang dibangun pada saat penyelenggaraan expo pada tahun 1958 (Brussel World Fair).

Atomium

salah satu gedung untuk expo

Setelah sesi foto-foto yang hanya sekitar 10 menit, bis segera melaju memasuki pusat kota Brussel yang tepat pada saat makan siang. Jalanan di kota tidak terlalu ramai, karena akhir pekan, bis berhenti di depan restoran chinese food untuk menurunkan kami.
Makan siang Chinese food lagi, jalan-jalan ke Eropa makan chinese food, kasian amat ya....
Restorannya penuh dengan grup-grup tour yang lain, dari Indonesia dan China. Hari ketiga ini kami masih bisa sedikit menikmati Chinese Food.

grup-grup yang mengantri giliran masuk restoran

Selesai makan kami berjalan kaki ke kota tua yang tidak jauh dari restoran. Satu wilayah yang disebut Grand Place-Grote Markt, yang merupakan kumpulan bangunan-bangunan berusia 300 tahun.
Katanya saat musim semi, lapangan yang terletak di tengah apitan gedung-gedung itu ditutupi dengan pot-pot bunga hingga mirip permadani bunga. Sayang, kami datang pada saat musim gugur jadi tidak bisa melihat pemandangan indah itu.

Bourse-Beurs (stock market building)






Tidak jauh dari Grand Place, melewati lorong kecil kami tiba di depan Mannekin Pis, patung anak kecil yang sedang buang air kecil. Rupanya patungnya juga berukuran kecil.



Di sekitar patung Manneken Pis, ada beberapa tempat yang menjual coklat-coklat Belgia yang terkenal. Berbagai jenis coklat dijual, mulai dari coklat batangan ukuran kecil
hingga besar. Juga coklat truffle (coklat yang di dalamnya diberi rasa yang lain) yang diisi rasa cream, orange, champange, dan lain-lain, yang dijual dalam 1 kotak dengan 1 rasa ataupun
1 kotak dengan berbagai macam rasa (assorted), atau kalau kita ingin memilih sendiri rasa yang disukai juga bisa, biasanya harga coklat dihitung berdasarkan beratnya.

Persis di seberang Manneken Pis ada gerobak yang jualan escargot seharga €3/porsi. Antara ingin mencicipi namun agak malas untuk makan bekicot, akhirnya malas yang menang.
Di jalan menuju ke lokasi Manneken Pis juga banyak yang menjual waffle dengan berbagai macam topping.



Kami membeli waffle dengan topping pisang dan strawberry yang disiram coklat cair, rasanya enak sekali. Coklat manis yang meleleh bercampur rasa asam strawberry, nikmat. Sedangkan wafflenya sangat gurih. Ah rasanya ingin makan lagi.

harganya € 4

Sekitar pukul 4 kami sudah berkumpul dan siap melanjutkan perjalanan menuju Amsterdam. Sepanjang perjalanan kami melewati ladang-ladang (sepertinya ladang jagung atau gandum), juga sapi-sapi yang sedang merumput. Sapi-sapi belanda warnanya hitam dengan totol putih, agak beda dengan sapi di Indonesia. Kalau lihat rumput-rumput hijau yang dimakan sapi-sapi tersebut, rasanya agak kasihan dengan sapi Indonesia yang kurus sampai terlihat tulangnya.
Pada saat melewati jembatan di negara Belanda ini, terlihat bentuknya mirip jembatan di daerah-daerah Indonesia. Juga rumah-rumah di pedesaan Belanda, bentuknya mirip rumah di Indonesia dengan atap genteng, sayang tidak sempat di foto. Sekilas dilihat memang Indonesia dekat dengan Belanda, pengaruh penjajahan 350 tahun juga kali ya.
Kira-kira pukul 19.00 tiba di kota Amsterdam, bis berkeliling kota sekalian mencari restoran untuk makan malam, lagi-lagi Chinese Food. Tapi keren juga, dalam satu hari makan pagi, siang dan malam, di negara yang berbeda-beda.

Amsterdam (mungkin kami hanya ke kota tua-nya saja), gedung-gedungnya tidak terlalu tinggi, jalan-jalan yang sempit, mirip lorong-lorong, jalanan dipenuh sepeda yang berlalu-lalang, juga tram yang hilir mudik. Saat ini kota Amstrdam belum memiliki subway sebagai sarana transportasi, namun pembangunan untuk angkutan massal itu tengah dikerjakan.



Selesai makan, kami menuju hotel untuk istirahat, dan seperti biasa letak hotel jauh dari pusat kota Amsterdam, kurang lebih 30 menit.

No comments: